Bahlil Bicara Soal Investasi Ratusan Triliun Sheikh MBZ

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
12 November 2021 09:25
Presiden Jokowi bertemu dengan Putra Mahkota Abu Dhabi, Sheikh Mohammed Bin Zayed Al Nahyan (MBZ) di Istana Al-Shatie, Abu Dhabi. (Biro Pers Sekretariat Presiden/Laily Rachev)
Foto: Presiden Jokowi bertemu dengan Putra Mahkota Abu Dhabi, Sheikh Mohammed Bin Zayed Al Nahyan (MBZ) di Istana Al-Shatie, Abu Dhabi. (Biro Pers Sekretariat Presiden/Laily Rachev)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah terus berupaya menggaet investor untuk masuk ke Indonesia. Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan safari ke berbagai negara untuk menjemput bola mendapatkan komitmen investasi.

Salah satu komitmen investasi yang berhasil didapatkan adalah hasil kunjungan kerja Presiden Jokowi dari Uni Emirat Arab (UEA) mencapai US$ 44,6 miliar atau sekitar Rp 633 triliun (asumsi kurs Rp 14.200 per US$).

Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. Komitmen tersebut diraih dari hasil kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke UEA pada pekan lalu.

"Persatuan Emirat Arab punya komitmen (investasi di RI) yang sudah diteken di sana sebesar US$ 44,6 miliar, ini bukan angka kaleng kerupuk, ini US$ 44,6 miliar," ungkapnya saat konferensi pers, Kamis (11/11/2021).

Dia mengatakan, sebagian komitmen investasi ini akan ditangani langsung oleh Indonesia Investment Authority (INA) sebesar US$ 18 miliar. Menurutnya, komitmen investasi ini akan terealisasi hingga 2023-2024.

"Ada proyek infrastruktur dan persoalan pertanian, persoalan alat kesehatan, data center, kemudian di sektor hilirisasi pertambangan, kemudian EBT (energi baru terbarukan)," paparnya.

Bahlil menyebut target realisasi paling lambat pada tahun 2024 sebelum periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin berakhir.

Lebih lanjut dia mengatakan, dari komitmen US$ 18 miliar yang dikelola oleh INA, sebanyak US$ 8 miliar sudah dipetakan untuk diletakkan di sektor mana saja.

Sementara sisanya sebesar US$ 10 miliar menurutnya masih belum dipastikan akan diinvestasikan ke mana. Namun menurutnya, salah satunya bisa dialokasikan untuk investasi di proyek Ibu Kota Negara (IKN) baru.

"US$ 10 miliar ini yang masih tentatif, bisa masuk ke IKN. Dari US$ 44,6 miliar ini yang mungkin untuk masuk IKN di dalam US$ 10 billion itu, ini yang masih longgar," ungkap Bahlil.

Selain itu, menurutnya saat ini pemerintah RI juga sedang melakukan komunikasi untuk menyepakati angka investasi di luar US$ 10 miliar untuk IKN.

"Tapi ingin saya sampaikan, Pemerintah UEA masih komunikasi intens dengan Menko untuk bagaimana alokasikan investasi mereka lagi selain ini untuk di IKN, angka berapa belum disepakati, di luar angka ini masih ada yang terkomunikasikan," jelasnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa pembangunan ibu kota baru Indonesia memakan biaya sebesar US$ 35 miliar atau setara setara Rp 505 triliun.

Hal tersebut dikemukakan Jokowi di depan para investor Uni Emirat Arab (UEA) saat hadir dalam Indonesia - UEA Investment Forum di Dubai, Kamis (4/11/2021).

"Untuk membangun ibu kota baru setidaknya dibutuhkan dana sebesar US$ 35 miliar," kata Jokowi dikutip keterangan resmi, Jumat (5/11/2021).

Jokowi mengatakan pembangunan Ibu Kota Negara memang menjadi salah satu sektor yang diprioritaskan untuk kerja sama antara Indonesia dan UEA.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Beda dengan China, Begini Kata Bahlil Soal Investor UEA

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular