
RI Bakal Setop PLTU, Tapi Tetap Ekspor Batu Bara?

Jakarta, CNBC Indonesia - RI menjadi salah satu negara yang berkomitmen menghentikan operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) lebih dini sebelum 2030 dan juga tak akan lagi membangun PLTU baru ke depannya.
Bahkan, pemerintah punya target yang sangat ambisius yakni menghentikan lebih awal 9,2 Giga Watt (GW) PLTU sebelum 2030.
Mantan Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Tumiran mengatakan, yang menjadi pertanyaan saat ini adalah Indonesia saat ini berupaya mengurangi pemanfaatan PLTU di dalam negeri, tapi di sisi lain eksploitasi dan ekspor batu bara masih tetap berjalan.
"Sekarang pertanyaannya kita kurangi PLTU, tapi eksploitasi batu bara dan diekspor ke negara lain?" ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Senin (08/11/2021).
Menurutnya, jika Indonesia masih mengekspor batu bara ke negara lain, maka artinya sama saja Indonesia masih memproduksi emisi, namun dititipkan ke negara lain. Sementara Indonesia bersusah payah beralih ke Energi Baru Terbarukan (EBT) dan masih harus menggelontorkan subsidi di dalam negeri.
"Ini sama saja nitip emisi ke negara lain, sementara kita susah-susah EBT, subsidi lagi. Kecuali stop ekspor, gak kontribusi ke negara lain," jelas pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM).
Menurutnya, jika Indonesia mau mendorong EBT dan menurunkan emisi, maka setidaknya harus ada grand skenario yang jelas. Jangan sampai, imbuhnya, malah menyebabkan impor besar-besaran.
"Misal mau turunkan emisi, harus ada grand skenario, jangan sebabkan komponen impor," lanjutnya.
Sebelumnya target menghentikan lebih awal PLTU batu bara sebesar 9,2 GW sebelum tahun 2030 disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.
Hal tersebut disampaikannya dalam "The Friends of Indonesia Renewable Energy (FIRE) Dialogues" dalam rangkaian KTT Iklim COP 26 di Glasgow, Skotlandia.
Arifin menyebut, rencana penghentian PLTU ini guna mencapai tujuan ekonomi rendah karbon dan net zero emission atau netral karbon di mana Indonesia menargetkan bisa mencapai netral karbon pada 2060 atau lebih cepat.
"Dengan mempertimbangkan peralihan lanskap energi global menuju ekonomi rendah karbon dan Net Zero Emission (NZE), Indonesia melakukan exercise kembali yaitu sekitar 9,2 Giga Watt (GW) Pembangkit Listrik Tenaga Uap dapat diberhentikan lebih awal sebelum tahun 2030," tuturnya, seperti dikutip dari laman Instagram resmi Kementerian ESDM @kesdm, Minggu (07/11/2021).
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Energi Terbarukan RI Masih Lesu, Ini Data Terkini
