Setoran Masih Seret, Perusahaan Ini Siap-siap Diincar Pajak!
Jakarta, CNBC Indonesia - Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Kepatuhan Yon Arsal menyebutkan, penerimaan pajak terus menunjukan tren perbaikan. Hal ini didorong dengan penurunan kasus pandemi Covid-19 sejak bulan lalu.
Ia menyebutkan, penurunan kasus Covid-19 membuat pemerintah kembali melonggarkan aktivitas masyarakat sehingga perekonomian pun kembali bergerak.
Ini tercermin dari perusahaan yang selama ini menjadi pembayar pajak dan beberapa bulan lalu mengalami tekanan mulai terlihat ada pembayaran pajaknya.
Perbaikan penerimaan ini juga terlihat dari penerimaan pajak yang sudah tercapai Rp 850,1 triliun hingga akhir September 2021. Realisasi ini tercatat 69,1% dari target sebesar Rp 1.229,6 triliun. Padahal pada bulan sebelumnya saat varian delta muncul penerimaan pajak kembali tertekan.
"Di 2021 tekanan ke perekonomian relatif bisa dijaga, dan kita cermati dari bulan ke bulan sisi penerimaan perkembangan cukup baik dan kumulatif Mei masih bergoyang negatif, April mulai positif dan tren meningkat pertumbuhan hanya 4,7%, naik 7,5% dan naik 9,5% dan terakhir September 13,2%," ujarnya dalam media briefing, Kamis (4/11/2021).
Dengan capaian kinerja hingga September ini, ia meyakini penerimaan pajak tahun ini akan lebih baik dari perkiraan. Sehingga kekurangan pajak (shortfall) akan lebih kecil dari yang diprediksi awal.
"Kita memang masih perlu cukup banyak yang harus dikumpulkan, tapi ini Insha Allah ini sudah mencapai target outlook di laporan semester I tahun ini. Sampai September kemaren Rp 850 triliun cukup banyak dikumpulkan," jelasnya.
Sementara itu, untuk semester dua apakah akan tercapai sesuai target, ia menjelaskan masih harus melihat perkembangan kasus covid-19. "Outlook semester II kita liat nanti di Desember," kata dia.
Sebelumnya, Dirjen Pajak Suryo Utomo mengaku akan mengejar perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan dan perkebunan. Kedua sektor tersebut diketahui tengah gemilang karena lonjakan harga komoditas.
"Secara prinsip DJP terus awasi kepatuhan pembayaran massa. Apalagi ada sektor yang tumbuh dan alami hambatan, lebih khusus sektor komoditas diantaranya pertambangan dan perkebunan juga mengalami pertumbuhan harga secara internasional," ungkap Suryo beberapa waktu lalu.
(mij/mij)