Luhut: RI Targetkan Netral Karbon di 2060 atau Lebih Cepat

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
Kamis, 04/11/2021 10:15 WIB
Foto: Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan saat Konferensi Pers Perkembangan PPKM (Tangkapan Layar Youtube PerekonomianRI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menargetkan mencapai net zero emission atau netral karbon pada 2060 atau lebih cepat. Target ini bergantung pada sektor kehutanan dan penggunaan lahan (FOLU), termasuk mangrove dan lahan gambut.

Hal diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, dalam Talkshow Blue Carbon to Strengthen Climate Change and Coastal Resilience di Paviliun Indonesia, COP 26, di Glasgow, Skotlandia, Selasa (2/11/2021).

Luhut menjelaskan, sektor FOLU akan mendukung tercapainya penurunan emisi nasional atau net sink (penyerapan bersih) karbon pada 2030.


"Pemetaan dan pemanfaatan ekosistem blue carbon diharapkan dapat menurunkan suhu pada 2050," kata Luhut, dikutip dari keterangan resmi Kementerian, Kamis (4/11/2021).

Dalam rangkaian acara itu, dia juga meminta seluruh pihak berdiskusi mengenai perubahan iklim secara global untuk menjaga iklim agar pada suhu di bawah 2 derajat sesuai anjuran Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).

"Saat ini, secara global kita sudah melampaui 1 derajat Celsius dan IPCC telah memperingatkan bahwa suhu global perlu dijaga agar tidak melebihi dari 1,5 derajat Celsius," tuturnya memperingatkan.

Di samping itu, Indonesia telah menyerahkan dokumen Updated Nationally Determined Contribution/NDC (kontribusi yang ditetapkan secara nasional) dan strategi jangka panjang untuk ketahanan karbon dan iklim 2050 terbaru kepada sekretariat UNFCCC. Dokumen Updated NDC yang telah diperbarui juga membahas aspek baru, termasuk soal laut.

Dari dokumen NDC itu diharapkan dapat menemukan solusi secara cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya, seperti menciptakan energi baru yang terjangkau dan terbarukan, berkelanjutan dari samudera, laut, serta sumber daya kelautan.

Luhut juga menyampaikan Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki kekayaan alam yang melimpah, serta keanekaragaman hayati laut yang sangat besar.

"Kami memiliki ekosistem blue carbon pesisir terbesar yang meliputi mangrove dan padang lamun, serta terumbu karang. Ekosistem blue carbon Indonesia menyimpan sekitar 75%-80% dari jumlah karbon dunia yang berarti bahwa kita memiliki potensi ekonomi dari ekosistem pesisir yang ada di sekitar kita," paparnya.

Upaya Pemerintah

Menurutnya, Indonesia telah melakukan berbagai upaya dalam melestarikan dan merehabilitasi blue carbon, seperti rehabilitas mangrove terbesar di dunia mencakup 600.000 hektare lahan kritis hingga 2024.

Lalu, program Indonesia Coral Reef Garden (ICRG) yang menjadi program restorasi terumbu karang nasional.

"Terumbu karang memang bukanlah bagian utama dari blue carbon, tetapi perannya sangat penting sebagai penghambat terjadinya proses pemanasan global. Terumbu karang juga dapat mendukung ketahanan pangan sebagai habitat berbagai makhluk hidup di laut termasuk ikan, sebagai sumber mata pencaharian, dan ketahanan masyarakat pesisir," tambahnya.

Dari program itu, pemerintah berharap dapat menemukan solusi tepat dalam mengatasi perubahan iklim secara global. Dia juga meminta dukungan dan kerja sama dari internasional untuk mengembangkan potensi blue carbon.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Presiden Prabowo Subianto Resmikan Proyek EBT Senilai Rp 25 T