
Kurangi Emisi, Freeport Gunakan Kereta Listrik Bawah Tanah

Jakarta, CNBC Indonesia - Perubahan iklim menjadi isu global yang saat ini menjadi perhatian dunia. Berbagai perusahaan di dunia berupaya mengambil peran dalam upaya mengawal perubahan iklim, termasuk juga perusahaan dari Indonesia.
PT Freeport Indonesia misalnya, perusahaan mengaku turut ambil peran di dalam upaya mencegah perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas.
"PTFI sendiri kami telah memulai untuk mengurangi emisi dan komitmen kami adalah mencapai pengurangan 30% (emisi) pada 2030 yakni pengurangan entitas dari greenhouse gas," ungkapnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, dikutip Rabu (03/11/2021).
Upaya tersebut di antaranya dilakukan dengan membangun kereta listrik bawah tanah untuk mengangkut bijih (ore). Seperti diketahui, penambangan di tambang terbuka oleh Freeport sudah selesai dan saat ini berganti ke tambang bawah tanah.
"Sekarang ini yang kami lakukan adalah efisiensi energi, contohnya pembangunan kereta bawah tanah bisa angkut bijih ore 300 ton sekali angkut," jelasnya.
Dia mengatakan, penggunaan kereta listrik ini menggantikan penggunaan truk yang selama ini mengonsumsi diesel/ Solar. Kereta ini menurutnya menggunakan tenaga dari listrik dan dikendalikan jarak jauh. Pengurangan emisi dari setiap truk yang tidak digunakan adalah 80.000 ton CO2.
"Ini salah satu langkah kami, elektrifikasi dari kendaraan berat kami, termasuk kereta bawah tanah," paparnya.
Selain menekan emisi melalui pemanfaatan kereta bawah tanah, pihaknya juga melakukan penanaman mangrove, serta pemanfaatan pembangkit listrik dengan dual fuel, yakni menggunakan biodiesel 20% (B20) dan B30 yang lebih ramah lingkungan dan juga gas.
"Kami juga pakai Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) pembangkit minyak dan gas kapasitas 130 MW," ujarnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, pihaknya juga melakukan pemanfaatan pada oli bekas menjadi bahan bakar yang bisa digunakan kembali.
"Jadi bahan bakar untuk pabrik pengeringan kami di low land di pelabuhan dan juga pabrik pengolahan kapur kami Grasberg," lanjutnya.
PT Freeport Indonesia menargetkan tahun depan tambang bawah tanah bisa beroperasi penuh alias 100% kapasitas dari saat ini baru mencapai 90%.
Dengan mulai beroperasinya tambang bawah tanah ini, Freeport memperkirakan akan memproduksi emas 1,5 juta ons dan produksi tembaga mencapai 1,5 miliar pon pada 2022.
Ini artinya, akan ada kenaikan dibandingkan produksi tahun ini. Hingga akhir 2021 ini diperkirakan Freeport memproduksi 1,3 juta ons emas dan hampir 1,3 miliar pon tembaga.
Seperti diketahui, sejumlah negara di dunia kini tengah menghadiri konferensi perubahan iklim yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau dikenal Conference of The Parties (COP) ke-26 di Glasgow, Skotlandia. COP 26 ini diselenggarakan sejak 31 Oktober hingga 12 November 2021 mendatang.
Sejumlah negara ramai-ramai menyebut berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon di negaranya dan akan membantu negara lain untuk mencapai target netral karbon dunia pada 2050.
Adapun tujuan dari konferensi ini yaitu mempercepat upaya pencapaian Paris Agreement dan kerangka PBB dalam upaya menekan dampak perubahan iklim dari emisi karbon.
COP26 ini merupakan usaha dunia untuk mengurangi emisi karbon secara signifikan pada 2030 dan mencapai net zero emission pada 2050 dan menjaga peningkatan suhu pada level 1,5 derajat Celsius, serta bagaimana membantu pendanaan untuk menciptakan target pengurangan emisi karbon dunia ini.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Amazing! 'Harta Karun' Tembaga RI Terbesar ke-7 Dunia lho..
