
Ramalan Raksasa Batu Bara RI di Tengah Ancaman India & China

Jakarta, CNBC Indonesia - Raksasa batu bara RI, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) turut angkat suara di tengah terus anjloknya harga batu bara, di tambah dengan ancaman pengurangan konsumsi batu bara dari China dan India.
Dileep Srivastava, Direktur Independen dan Corporate Secretary BUMI, mengatakan pihaknya masih optimistis harga batu bara masih akan tinggi setidaknya sampai kuartal I 2022.
Bukan tanpa alasan, menurutnya semakin ketatnya pasokan batu bara dunia dan juga faktor cuaca pada akhir tahun dan awal tahun depan diperkirakan akan menjadi faktor harga batu bara berpeluang masih tinggi hingga awal 2022.
Menurutnya, anjloknya harga batu bara saat ini juga dipengaruhi oleh sentimen, terutama dari China.
"Ini dipengaruhi oleh sentimen (sebagian besar dipimpin China). Faktanya tidak ada ketersediaan batu bara di pasar spot (batu bara Bumi sudah terjual habis sampai Januari 2022, hujan akan memengaruhi produksi) saat ini, sehingga harga spot bisa tetap tinggi. Jadi, masih ada harapan," tuturnya melalui pesan singkat, dikutip Rabu (03/11/2021).
Dia mengatakan, permintaan batu bara akan tetap meningkat hingga awal tahun depan, terutama saat masih dibayang-bayangi krisis listrik. Namun di sisi lain ketersediaan batu bara di pasar spot akan terbatas, sehingga ini bisa memicu harga batu bara masih tetap tinggi pada awal tahun depan.
"Permintaan meningkat, tetapi tidak ada ketersediaan pada kuartal ini dan Q1 2022 juga bisa ketat," ujarnya.
Menurutnya, masalah saat ini adalah mampukah dunia hidup dengan kekurangan listrik? Itu akan terjadi bila pasokan batu bara dunia tidak mampu memenuhi kebutuhan listrik di masa depan. Terlebih, pendanaan untuk proyek peningkatan kapasitas batu bara kerap ditolak.
"Permintaan akan naik tetapi pasokan terbatas. Ini akan mengarah ke prospek kenaikan harga batu bara di masa depan," ujarnya.
PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menargetkan tahun ini bisa memproduksi batu bara di kisaran 85-90 juta ton, naik 11% dibandingkan realisasi 2020 yang sebesar 81 juta ton.
Adapun unit usaha BUMI yang bergerak di bidang pertambangan batu bara antara lain Kaltim Prima Coal (KPC), Arutmin Indonesia, dan Pendopo Energi Batubara. BUMI dikatakan sebagai raksasa batu bara RI karena hampir sekitar 14% produksi batu bara nasional berasal dari BUMI. Seperti diketahui, tahun ini produksi batu bara RI ditargetkan mencapai 625 juta ton.
Harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) pada perdagangan kemarin, Selasa (02/11/2021), tercatat sebesar US$ 137,1 per ton, turun 1,37% dibandingkan sehari sebelumnya.
Kini harga batu bara sudah turun selama lima hari beruntun. Selama lima hari tersebut, koreksinya mencapai 31,79%. Pada 26 Oktober 2021, harga batu bara sempat menyentuh US$ 201 per ton. Bahkan, batu bara sempat menyentuh rekor tertinggi yakni US$ 280 per ton pada 5 Oktober, tertinggi setidaknya sejak 2008 lalu.
Selama beberapa hari belakangan ini, dua negara "pemakan" batu bara terbesar di dunia, yakni India dan China, mengumumkan untuk mengurangi konsumsi batu bara demi mengurangi emisi karbon dan mencapai netral karbon.
India misalnya, pada COP 26 di Glasgow, kemarin, Selasa (02/11/2021) mengatakan akan mencapai bebas karbon pada 2070. Oleh karena itu, negara akan mengurangi energi fosil dan akan meningkatkan kapasitas terpasang energi terbarukan pada 2030.
Sebagian besar adalah tenaga surya, dari 450 Giga Watt (GW) menjadi 500 GW.
Sebanyak 50% dari kebutuhan energi negara akan datang dari sumber terbarukan. India juga mengumumkan, intensitas karbon ekonomi India -emisi yang dihasilkan per unit PDB- akan berkurang 45% di 2030, dari sebelumnya 35%.
Setelah India, China juga mengungkapkan akan mengurangi konsumsi batu bara rata-rata pembangkit listrik menjadi 300 gram per kilo Watt hour (kWh) pada 2025.
Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) China juga mengatakan pembangkit listrik yang tidak efisien juga akan ditutup secara bertahap. Pengumuman ini dilakukan China di tengah berakhirnya KTT iklim COP26 di Glasgow, Inggris. Presiden China sendiri tidak hadir di acara tersebut secara langsung.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Lagi Melejit, Industri Batu Bara "Kebal" Corona
