Ekonomi RI Pulih Beneran: Jualan Rumah Mulai Laris Lagi
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan di tengah melandainya penularan kasus aktif virus corona atau Covid-19, telah mendorong kembali aktivitas ekonomi masyarakat. Diperkirakan pertumbuhan kredit perbankan tahun ini bisa tumbuh di atas 5%.
Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, Juda Agung mengungkapkan kebijakan makroprudensial di masa pandemi Covid-19 diutamakan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan sekaligus mendorong intermediasi perbankan.
Dalam mendorong intermediasi perbankan, seperti diketahui BI memutuskan untuk memperpanjang pelonggaran ketentuan uang muka kredit atau pembiayaan kendaraan bermotor sampai tahun depan.
Pelonggaran uang muka kredit kendaraan bermotor menjadi paling sedikit 0% untuk semua jenis kendaraan bermotor baru. Selain itu, BI juga memutuskan pelonggaran rasio Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) Kredit/Pembiayaan Properti menjadi paling tinggi 100% untuk semua jenis properti (rumah tapak, rumah susun, serta ruko/rukan).
BI mencatat pertumbuhan kredit di sektor properti saat ini pertumbuhan agregatnya telah mencapai 8,67% pada September 2021. Meningkat signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya tumbuh 2,21%.
"Penjualan perumahan membaik. Contoh rumah menengah pada Kuartal I-2020 masih kontraksi atau -5,63%. Sementara di Kuartal III-2021 sudah tumbuh positif 3,36%. Ini perkembangan yang patut kita syukuri," ujar Juda dalam program Power Lunch CNBC Indonesia TV, Rabu (3/11/2021).
"Itu memberikan perkembangan menggembirakan, dari suku bunga kredit baru, rata-rata di bulan September sudah mencapai 8,6%, turun 100 basis point dibandingkan tahun lalu yang sebesar 9,65," ujarnya lagi.
Adapun pertumbuhan kredit, kata Juda terbilang menggembirakan, di mana dari awal tahun hingga September 2021 atau year to date telah mencapai 3,12%. Sementara dibandingkan tahun lalu (year on year) tumbuh 2,21%. "Ini perkembangan menggembirakan dan masih ada tiga bulan ke depan hingga akhir tahun."
"Kita masih punya tiga bulan, biasanya di Kuartal IV pertumbuhan kredit tinggi. Oleh karena itu, kita optimis pertumbuhan kredit bisa tumbuh 4% hingga 6%. Kemungkinan di atas 5%," kata Juda melanjutkan.
Alasan BI optimistis pertumbuhan kredit bisa tumbuh di atas 5% karena dua hal. Pertama, karena perkembangan kasus Covid-19 yang mulai melandai. Kedua, karena meningkatnya harga komoditas.
"Siklus perbankan, biasanya harga komoditas mendorong kredit perbankan, seperti krisis global pada 2008-2009," jelas Juda.
Melalui perpanjangan kredit uang muka atau down payment 0% untuk pembelian properti dan kendaraan bermotor juga, kata Juda menjadi salah satu faktor yang bisa menjadi pendorong perekonomian Indonesia saat ini.
"Properti dan otomotif mempunyai linkage, keterkaitan yang signifikan, sehingga ini mendorong pemulihan ekonomi," ujarnya lagi.
(mij/mij)