Ada Ancaman Serius, Jokowi Hingga Joe Biden Kumpul di Roma

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
31 October 2021 15:20
Tiba di La Nuvola, Presiden Jokowi Ikuti Foto Bersama dan Sesi KTT G20 ( Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Foto: Tiba di La Nuvola, Presiden Jokowi Ikuti Foto Bersama dan Sesi KTT G20 ( Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Imbas dari pandemi banyak negara mengalami permasalahan baru mulai dari krisis energi, disrupsi suplai barang hingga potensi kenaikan inflasi. Hal ini menjadi ancaman yang lebih seram dari di masa depan.

Hal ini yang akan menjadi agenda pembahasan Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Roma. Seperti yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam keterangan Pers (31/10/2021).

Turut hadir dalam G20 adalah Presiden AS Joe Biden, 

"Ada dua hal lain selain akses vaksin yang tidak merata, yakni terjadi kenaikan inflasi akibat krisis energi, dan disrupsi dari supply," katanya

"Ini terjadi di beberapa negara yang pemulihannya cepat, lalu muncul komplikasi kenaikan harga energi, dan supply distribution," tambahnya.

Artinya saat permintaan di negara itu pulih dengan cepat dan kuat, terjadi permasalahan pada sisi supply karena tidak bisa mengikuti. Sri Mulyani mencontohkan permasalahan bisa terjadi disrupsi di pelabuhan karena barang tidak bisa terangkut, lalu proses manufaktur produk jadi terhambat.

Tiba di La Nuvola, Presiden Jokowi Ikuti Foto Bersama dan Sesi KTT G20 ( Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden)Foto: Tiba di La Nuvola, Presiden Jokowi Ikuti Foto Bersama dan Sesi KTT G20 ( Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Tiba di La Nuvola, Presiden Jokowi Ikuti Foto Bersama dan Sesi KTT G20 ( Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Lalu permintaan yang melonjak, membuat kebutuhan energi juga meningkat yang mengakibatkan krisis di beberapa bagian negara. Sementara penggunaan sumber tenaga listrik konvensional seperti PLTU berkurang karena komitmen banyak negara dalam energi bersih.

"Karena investasi energi non renewable sudah merosot tapi permintaan melonjak karena pemulihan ekonomi, dan sekarang sudah masuk Winter (musim)," jelasnya.

"Hal ini juga mendorong inflasi tinggi di berbagai negara, dan mengancam pemulihan ekonomi global," tambahnya.

Sri Mulyani juga mengingatkan Indonesia harus waspada kemungkinan terjadi 'rembesan' permasalahan itu masuk ke negara.

Perubahan iklim juga menjadi isu global yang dianggap akan mengancam perekonomian bahkan peradaban manusia. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang juga hadir dalam pertemuan G20 di Roma, Italia, menyinggung isu ini.

Dia mengajak pemimpin dunia mengantisipasi perubahan iklim jika tidak peradaban manusia akan hilang seperti apa yang terjadi pada Roma kuno.

"Manusia sudah diingatkan bahwa ada sesuatu yang salah dan seharusnya kita segera mengantisipasi dengan kecepatan yang luar biasa," ajak Johnson untuk mengurangi emisi karbon. Terutama kepada negara penghasil karbon terbesar seperti Rusia, AS, China, dan India, dikutip dari newsobserver.com

Ancaman masa depan ini memang harus diantisipasi. Pemimpin dunia juga sudah mulai mengatur strategi untuk mengambil andil dalam perbaikan lingkungan. Begitu juga dengan Indonesia yang ikut dalam komitmen Paris Agreement.

Sebelumnya Pemerintahan AS juga sudah khawatir terhadap risiko perubahan iklim terhadap perekonomian negara. Pejabat negara itu sedang mencari formula untuk menyesuaikan perbaikan lingkungan namun meminimalisir kerusakan finansial akibat perubahan iklim.

Cuaca ekstrem sejauh ini telah menyebabkan kerusakan rumah dan bisnis, hingga mengganggu pasokan.

"Perubahan iklim menimbulkan risiko mendesak dan sistemik yang berkelanjutan bagi ekonomi kita dan kehidupan mata pencaharian orang Amerika sehari-hari," kata Penasihat Iklim Joe Biden di Gedung Putih, Gina McCharty.

Laporan Gedung Putih mengatakan cuaca ekstrem telah merugikan Amerika. Kerugian fisik dan ekonomi tambahan ini mencapai US$ 600 miliar selama lima tahun terakhir saja.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular