
RI & Negara Tetangga Kerja Bareng, Potensinya Capai Rp4.669 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan ada potensi ekonomi yang cukup besar dari kerjasama Brunei-Indonesia-Malaysia-the Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA). Potensinya bahkan mencapai sekitar US$ 322 miliar atau Rp 4.669 triliun (kurs Rp 14.500/US$).
"BIMP EAGA potensi ekonominya mencapai US$ 322 miliar," ujar Airlangga dalam konferensi pers virtual yang dikutip Jumat (29/10/2021).
Forum BIMP-EAGA merupakan bentuk kerja sama konkret antar wilayah bagian timur Asia yang dibentuk sejak 1994, dan telah berkontribusi dalam membangun perekonomian sub kawasan melalui peningkatan daya saing, konektivitas, serta perdagangan, pariwisata, dan investasi.
Kerja sama ekonomi BIMP-EAGA melibatkan beberapa provinsi dari keempat negara (Brunei-Indonesia-Malaysia-Filipina) yang secara geografis berdekatan.
Untuk Indonesia, provinsi yang masuk dalam lingkup kerja sama BIMP EAGA adalah 15 provinsi di Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Sementara, untuk wilayah negara lainnya adalah seluruh wilayah Brunei, Mindanao dan Palawan (Filipina) dan Sabah, Labuan dan Sarwak (Malaysia).
Kerja sama BIMP EAGA mencakup delapan bidang utama yaitu pariwisata, perdagangan dan investasi, transportasi, ketenagalistrikan, ICT, pertanian, lingkungan serta kebudayaan dan pendidikan. Kerja sama BIMP-EAGA ini juga merupakan building block dari kerjasama ASEAN.
Airlangga menjelaskan, pelaksanaan Kerja Sama BIMP-EAGA selama 2019-2020 memberikan hasil yang baik meski di tengah kondisi pandemi Covid-19. Dimana sebanyak 27 proyek infrastruktur prioritas dari 88 proyek sudah berhasil diselesaikan.
"10 proyek lagi akan selesai tahun ini. Proyek-proyek ini akan mendukung peningkatan keterhubungan, perdagangan, dan juga efisiensi logistik, untuk meningkatkan daya saing Indonesia," jelasnya.
Selain itu, isu lain yang diangkat dalam kerjasama ini adalah transformasi digital yang lebih inklusif. Dilakukan dengan mempercepat e-commerce, digitalisasi UMKM, memperkuat ekosistem perusahaan rintisan (start-up), industri kreatif, dan peningkatan keterampilan tenaga kerja.
"Yang tak kalah penting adalah mengembangkan kerangka pemulihan pariwisata, investasi hijau, dan mempromosikan energi baru dan terbarukan (EBT) menuju keberlanjutan dan ketahanan ekonomi," tegasnya.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Para Menteri Luar Negeri ASEAN Kumpul di China, Ada Apa?