Para Menteri Luar Negeri ASEAN Kumpul di China, Ada Apa?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
07 June 2021 20:43
In this photo released by Indonesian Presidential Palace, from left to right; Cambodian Prime Minister Hun Sen, Indonesian President Joko Widodo, Lao's Foreign Minister Saleumxay Kommasith and Prime Minister Muhyiddin Yassin, attend a leaders' meeting at the ASEAN Secretariat in Jakarta, Indonesia, Saturday, April 24, 2021. Southeast Asian leaders met Myanmar's top general and coup leader in an emergency summit in Indonesia Saturday, and are expected to press calls for an end to violence by security forces that has left hundreds of protesters dead as well as the release of Aung San Suu Kyi and other political detainees. (Laily Rachev, Indonesian Presidential Palace via AP)
Foto: Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. (Laily Rachev, Indonesian Presidential Palace via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Lestari Priansari Marsudi baru saja mengikuti pertemuan khusus para Menlu ASEAN dengan Menlu China di Chongqing, China.

Menlu Retno mengatakan pertemuan secara fisik ini digelar dalam rangka perayaan 30 tahun hubungan kemitraan antara ASEAN dengan China. Ia menambahkan China merupakan salah satu mitra strategis dan salah satu mitra terpenting ASEAN.

"Dalam pertemuan tersebut, saya menyampaikan tiga isu. Pertama, peningkatan respon ASEAN-RRT terhadap pandemi. Kedua, peningkatan kerja sama untuk pemulihan ekonomi berkelanjutan. Ketiga, perdamaian dan stabilitas kawasan," kata Retno dalam konferensi pers virtual pada Senin (7/6/2021).

Terkait isu peningkatan respon ASEAN-RRT terhadap pandemi, Retno mengatakan Indonesia menekankan pandemi ini masih jauh dari selesai. Menurutnya, kesenjangan vaksin global beresiko memperlama pandemi, termasuk di Asia Tenggara.

"Saat ini, 75% vaksin dinikmati oleh 10 negara. Hanya 0,4% yang dinikmati oleh negara berpendapatan rendah. Sementara ASEAN, sejauh ini baru memvaksinasi 7,8% populasinya," paparnya.

Terkait hal ini, kata Retno, China memainkan peran yang sangat penting dalam meningkatkan kerja sama vaksin.

"Dengan telah diterimanya persetujuan EUL (emergency use listing) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bagi Sinovac dan Sinopharm, China diharapkan dapat melakukan kerja sama proses berbagi, termasuk melalui COVAX Facility," ujarnya.

Selain itu, negara-negara ASEAN berharap adanya peningkatan kerja sama dengan China dalam dukungan terhadap ASEAN COVID-19 Response Fund.

"(Termasuk) dosis sharing melalui COVAX Facility guna memenuhi equal access for vaccines to all countries, dan peningkatan kerja sama untuk meningkatkan kapasitas produksi dengan cara memproduksi di negara-negara lain," papar Retno.

Kemudian, terkait pemulihan ekonomi yang berkelanjutan, Retno mengatakan pandemi Covid-19 menjadi momentum untuk meningkatkan kerja sama pembangunan dan ekonomi hijau berkelanjutan.

"Dalam kaitan ini, ASEAN-China Year for Sustainable Development dapat menjadi katalis untuk kolaborasi di bidang investasi dalam energi hijau, seperti baterai lithium, pembiayaan inovatif untuk infrastruktur hijau, pembiayaan untuk proyek ramah lingkungan, dan penelitian serta pengembangan bahan bakar nabati dan energi terbarukan," kata Retno

"Segala upaya ini harus disinergikan agar kita dapat memimpin dengan teladan, lead by example, dalam meningkatkan ambisi iklim di kawasan."

Terakhir, terkait dengan perdamaian dan stabilitas di kawasan, Retno juga menyampaikan tiga isu, yakni mengenai masalah Myanmar, isu Indo Pasifik, dan mengenai isu Laut China Selatan.

Dalam isu Indo Pasifik dan Laut China Selatan, Retno meminta semua negara meningkatkan kebiasaan untuk berdialog dan bukan persaingan, membangun kepercayaan strategis, serta membangun kerja sama konkret yang saling menguntungkan.

"ASEAN dan RRT harus segera melanjutkan pembahasan Code of Conduct yang kemajuannya saat ini sangat lambat. Kita berharap perundingan ini cepat selesai dengan hasil yang efektif dan substantif," tambahnya.

"Saya mengulangi kembali bahwa kemampuan kita mengelola Laut China Selatan akan dapat memperkuat kemitraan kita yang setara, saling menguntungkan dan sangat diperlukan bagi perdamaian dan stabilitas global. Dan semua harus dilakukan sesuai dengan UNCLOS 1982."


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article ASEAN: Pengertian, Negara Anggota, Sejarah dan Tujuan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular