Waduh! Arab Saudi 'Perang' dengan Dubai, Kok Bisa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Arab Saudi kini bersaing sengit dengan Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) untuk menjadi pusat bisnis global. Negara kerajaan tersebut akan menawarkan keringanan pajak dan insentif lain untuk perusahaan yang akan membuka kantornya di sana.
"Wilayah ini memiliki potensi yang belum dimanfaatkan dan potensi terbesar yang belum dimanfaatkan adalah kerajaan dan kota Riyadh," kata Kepala Eksekutif Komisi Kerajaan untuk Kota Riyadh, Fahd Al-Rasheed, dalam sebuah wawancara, dilansir dari Al Jazeera, dikutip Kamis (28/10/2021).
"Kami akan memastikan bahwa kami mengambil bagian kami, yang akan menjadi bagian terbesar dari bisnis di wilayah ini."
Arab Saudi kini sudah melakukan pembicaraan dengan 7.000 perusahaan di seluruh dunia. Perusahaan yang ingin membuka kantornya di sana juga akan mendapatkan pengecualian dari batasan visa kerja, peraturan yang dilonggarkan, dan bantuan dengan relokasi staf.
Kini lebih dari 40 perusahaan multinasional termasuk Baker Hughes Co., KPMG dan Schlumberger menerima lisensi, bagian dari program baru untuk memfasilitasi bisnis. Perusahaan lain yang mendaftar termasuk Deloitte, Pepsico, Unilever, Siemens Mobility dan Philips, menurut presentasi pada konferensi investasi di Riyadh.
Lebih lanjut Al-Rasheed mengatakan para pejabat sedang melakukan pembicaraan dengan perusahaan-perusahaan besar dengan pendapatan tahunan satu miliar dolar atau lebih. Tujuannya membuat 480 perusahaan dari mereka akan mendirikan kantor di Arab Saudi pada tahun 2030.
Sekitar setengah dari perusahaan yang menerima izin sudah menandatangani perjanjian untuk memindahkan kantor pusat regional ke Riyadh pada Januari lalu. Selain itu, salah satu bonus yang mereka tawarkan adalah rencana untuk mengubah Distrik Keuangan Raja Abdullah di Riyadh menjadi zona khusus dengan status lepas pantai dan insentif yang disesuaikan untuk berbagai sektor, sambil menunggu persetujuan dari otoritas yang lebih tinggi.
"Jika mereka berada di King Abdullah Financial District, kami akan memperlakukan mereka seolah-olah mereka berada di luar negeri," katanya.
Insentif lainnya termasuk pelonggaran visa dan proses sponsorship untuk orang asing dan keluarga mereka. Al-Rasheed mengatakan bahwa pasangan karyawan asing akan bisa mendapatkan izin kerja dan anak-anak mereka yang sudah dewasa akan dapat tinggal, ini kontras dengan kebijakan di beberapa negara Teluk lainnya.
Sebagaimana diketahui, Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) ingin mengubah ibu kota Riyadh menjadi pusat bisnis dan bakat internasional. Ini menjadi tantangan bagi negara tetangga Uni Emirat Arab, di mana Dubai telah lama menjadi basis regional bagi perusahaan global.
Persaingan memanas ketika sang pangeran merombak ekonomi yang bergantung pada minyak dan melonggarkan pembatasan sosial di kerajaan Islam konservatif, menjadikan Arab Saudi pasar yang jauh lebih besar dan tempat yang lebih menarik untuk berbisnis.
(sef/sef)