Internasional

PBB Ungkap Dampak Mengerikan Pandemi ke Sektor Tenaga Kerja

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Kamis, 28/10/2021 05:49 WIB
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan dampak pandemi Covid-19 terhadap sektor ketenagakerjaan lebih besar dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya. Sementara kecepatan pemulihan yang mengkhawatirkan muncul antara negara-negara kaya dan miskin.

"Lintasan pasar tenaga kerja saat ini adalah pemulihan yang terhenti, dengan risiko penurunan besar muncul, dan perbedaan besar antara ekonomi maju dan berkembang," kata Chairman ILO Guy Ryder, dikutip dari AFP, Rabu (27/10/2021).

"Distribusi vaksin yang tidak merata dan kapasitas fiskal mendorong tren ini, dan keduanya perlu segera ditangani," tambahnya.

ILO memproyeksikan jam kerja global pada tahun ini 4,3% lebih rendah dari tingkat pada kuartal IV-2019, sebelum munculnya pandemi. Jumlah ini setara dengan 125 juta pekerjaan penuh waktu.

Pada Juni, ILO telah memproyeksikan penurunan sebesar 3,5% atau 100 juta pekerjaan penuh waktu.

Menurut perhitungan ILO, negara-negara berpenghasilan tinggi bernasib lebih baik, hanya mengalami penurunan 3,6% dalam total jam kerja pada kuartal ketiga tahun ini.



Sementara negara-negara berpenghasilan rendah mengalami penurunan 5,7% untuk dan 7,3% penurunan untuk negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah.

Berdasarkan wilayah, Eropa dan Asia Tengah mengalami kehilangan jam kerja terkecil, dan negara-negara Arab yang terbesar. Ini terjadi karena sebagian besar didorong oleh perbedaan besar dalam peluncuran vaksin dan paket stimulus fiskal.

ILO juga menemukan bahwa kaum muda, terutama perempuan muda, termasuk di antara yang paling terpukul oleh dampak pandemi dalam hal pekerjaan.

ILO memperkirakan bahwa jika negara-negara berpenghasilan rendah memiliki akses yang lebih baik terhadap vaksin Covid-19, pemulihan jam kerja akan mengejar pertumbuhan ekonomi lebih cepat. Pada awal Oktober, 59,8% orang divaksinasi penuh di negara-negara berpenghasilan tinggi, dibandingkan dengan hanya 1,6% di negara-negara berpenghasilan rendah.

Ryder mengatakan prospek ke depan tampak "lemah dan tidak pasti". Kuartal IV tahun 2021 diperkirakan hanya terjadi sedikit pemulihan dalam jam kerja.

Risiko penurunan yang signifikan di masa depan termasuk harga energi, inflasi dan tekanan utang. Sementara di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, kendala fiskal diperkirakan akan menghambat kemajuan lebih lanjut.



(miq/miq)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Parlemen Iran Sepakat Keluar dari Badan Nuklir PBB