
RI Kena Krisis Energi? Aneh Kalau Sampai Kejadian!

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah negara baik di Asia hingga Eropa, bahkan Amerika Serikat kini tengah bergelut dengan krisis energi. Melonjaknya permintaan energi karena pulihnya aktivitas perekonomian masyarakat setelah melewati masa puncak pandemi Covid-19, namun dari sisi pasokan energi mengalami keterbatasan dan adanya gangguan membuat krisis energi ini terjadi.
Lantas, bagaimana dengan Indonesia? apakah krisis energi ini mungkin terjadi di Bumi Pertiwi di tengah melimpahnya harta karun energi dan sumber daya alam negeri ini?
Sekretaris Jenderal DEN Djoko Siswanto mengatakan, ketahanan energi nasional dinilai masih dalam kondisi aman, bahkan Indonesia cenderung diuntungkan dengan kondisi tersebut.
Dalam acara webinar "Krisis Energi Mulai Melanda Dunia, Bagaimana Strategi RI?" yang digelar IKA FH UNDIP, Minggu (10/10/2021), dia menyebut, Indonesia bahkan masih mengekspor batu bara sebesar 70% dari pasokan yang dimiliki, serta ekspor gas sebesar 38% dari pasokan nasional.
"Indeks Ketahanan Energi kita masih di angka 6,57 yang masih dalam kategori tahan, dari tingkat tertinggi sangat tahan di angka 8. Setiap tahunnya indeks ketahanan energi terus meningkat," ujarnya.
Berikut jumlah pasokan energi RI yang dirangkum CNBC Indonesia:
1. Batu Bara
Berdasarkan data BP Statistical Review 2021, RI merupakan pemilik cadangan batu bara terbesar ketujuh dunia, yakni mencapai 34,87 miliar ton, berdasarkan status hingga akhir 2020.
Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM, status per Juli 2020, jumlah sumber daya batu bara RI mencapai 148,7 miliar ton dan cadangan 39,56 miliar ton.
Dari sisi produksi batu bara, produksi batu bara RI merupakan terbesar ketiga di dunia setelah China dan India. Tahun ini produksi batu bara RI ditargetkan mencapai 625 juta ton.
Dari jumlah produksi tersebut, hanya sekitar 137,5 juta ton atau seperempatnya yang dimanfaatkan di dalam negeri, mayoritas untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), dan selebihnya atau lebih dari 400 juta ton diekspor.
Indonesia adalah produsen batu bara terbesar nomor lima dunia. Pada 2019, produksi batu bara nasional adalah 502,65 juta ton.
2. Gas Alam
Berdasarkan data Kementerian ESDM, status per 1 Januari 2020, cadangan gas bumi yang ada saat ini disebut masih cukup untuk 19,9 tahun ke depan, dengan asumsi tanpa penemuan cadangan baru.
Secara rinci, untuk cadangan terbukti dan potensial gas mencapai 62,4 triliun kaki kubik (TCF) dan cadangan terbukti sebesar 43,6 TCF. Hal tersebut sempat diungkapkan Menteri ESDM Arifin Tasrif pada 19 Januari 2021 lalu.
"Umur cadangan gas bumi hanya untuk 19,9 tahun, dengan asumsi tidak ada temuan cadangan baru dan produksi gas sebesar 6 miliar kaki kubik per hari (BCFD)," ungkapnya.
Berdasarkan data SKK Migas, realisasi penyaluran (lifting) gas hingga September 2021 rata-rata mencapai 5.481 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 97,2% dari target di APBN 2021 5.638 MMSCFD.
Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Arief Setiawan Handoko mengatakan, pasokan gas di dalam negeri sejauh ini masih aman, dan bahkan ada yang diekspor, baik menggunakan pipa maupun berupa gas alam cair (LNG).
Berikut realisasi pemanfaatan gas bumi vs kontrak 2021, hingga September 2021, berdasarkan data SKK Migas:
1. Industri 1.586,56 BBTUD vs kontrak 1.842,45 BBTUD
2. Kelistrikan 675,97 BBTUD vs kontrak 884,71 BBTUD
3. Pupuk 701,56 BBTUD vs kontrak 767,49 BBTUD
4. Lifting 166,69 BBTUD vs kontrak 170,65 BBTUD
5. BBG 3,81 BBTUD vs kontrak 9,23 BBTUD
6. City gas (jargas) 8,01 BBTUD vs kontrak 12,34 BBTUD
7. Domestik LNG 502,52 BBTUD vs kontrak 502,52 BBTUD
8. Domestik LPG 91,72 BBTUD vs kontrak 91,72 BBTUD
9. Ekspor gas pipa 737,17 BBTUD vs kontrak 765,76 BBTUD
10. Ekspor LNG 1.208,79 BBTUD vs kontrak 1.208,79 BBTUD.
