RI Kena Krisis Energi? Aneh Kalau Sampai Kejadian!

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
26 October 2021 13:38
17 provinsi dan wilayah telah terjadi beberapa bentuk pemadaman listrik. (REUTERS/TINGSHU WANG)
Foto: 17 provinsi dan wilayah telah terjadi beberapa bentuk pemadaman listrik. (REUTERS/TINGSHU WANG)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah negara baik di Asia hingga Eropa, bahkan Amerika Serikat kini tengah bergelut dengan krisis energi. Melonjaknya permintaan energi karena pulihnya aktivitas perekonomian masyarakat setelah melewati masa puncak pandemi Covid-19, namun dari sisi pasokan energi mengalami keterbatasan dan adanya gangguan membuat krisis energi ini terjadi.

Lantas, bagaimana dengan Indonesia? apakah krisis energi ini mungkin terjadi di Bumi Pertiwi di tengah melimpahnya harta karun energi dan sumber daya alam negeri ini?

Sekretaris Jenderal DEN Djoko Siswanto mengatakan, ketahanan energi nasional dinilai masih dalam kondisi aman, bahkan Indonesia cenderung diuntungkan dengan kondisi tersebut.

Dalam acara webinar "Krisis Energi Mulai Melanda Dunia, Bagaimana Strategi RI?" yang digelar IKA FH UNDIP, Minggu (10/10/2021), dia menyebut, Indonesia bahkan masih mengekspor batu bara sebesar 70% dari pasokan yang dimiliki, serta ekspor gas sebesar 38% dari pasokan nasional.

"Indeks Ketahanan Energi kita masih di angka 6,57 yang masih dalam kategori tahan, dari tingkat tertinggi sangat tahan di angka 8. Setiap tahunnya indeks ketahanan energi terus meningkat," ujarnya.

Berikut jumlah pasokan energi RI yang dirangkum CNBC Indonesia:

1. Batu Bara

Berdasarkan data BP Statistical Review 2021, RI merupakan pemilik cadangan batu bara terbesar ketujuh dunia, yakni mencapai 34,87 miliar ton, berdasarkan status hingga akhir 2020.

Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM, status per Juli 2020, jumlah sumber daya batu bara RI mencapai 148,7 miliar ton dan cadangan 39,56 miliar ton.

Dari sisi produksi batu bara, produksi batu bara RI merupakan terbesar ketiga di dunia setelah China dan India. Tahun ini produksi batu bara RI ditargetkan mencapai 625 juta ton.

Dari jumlah produksi tersebut, hanya sekitar 137,5 juta ton atau seperempatnya yang dimanfaatkan di dalam negeri, mayoritas untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), dan selebihnya atau lebih dari 400 juta ton diekspor.

Indonesia adalah produsen batu bara terbesar nomor lima dunia. Pada 2019, produksi batu bara nasional adalah 502,65 juta ton.

2. Gas Alam

Berdasarkan data Kementerian ESDM, status per 1 Januari 2020, cadangan gas bumi yang ada saat ini disebut masih cukup untuk 19,9 tahun ke depan, dengan asumsi tanpa penemuan cadangan baru.

Secara rinci, untuk cadangan terbukti dan potensial gas mencapai 62,4 triliun kaki kubik (TCF) dan cadangan terbukti sebesar 43,6 TCF. Hal tersebut sempat diungkapkan Menteri ESDM Arifin Tasrif pada 19 Januari 2021 lalu.

"Umur cadangan gas bumi hanya untuk 19,9 tahun, dengan asumsi tidak ada temuan cadangan baru dan produksi gas sebesar 6 miliar kaki kubik per hari (BCFD)," ungkapnya.

Berdasarkan data SKK Migas, realisasi penyaluran (lifting) gas hingga September 2021 rata-rata mencapai 5.481 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 97,2% dari target di APBN 2021 5.638 MMSCFD.

Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Arief Setiawan Handoko mengatakan, pasokan gas di dalam negeri sejauh ini masih aman, dan bahkan ada yang diekspor, baik menggunakan pipa maupun berupa gas alam cair (LNG).

Berikut realisasi pemanfaatan gas bumi vs kontrak 2021, hingga September 2021, berdasarkan data SKK Migas:

1. Industri 1.586,56 BBTUD vs kontrak 1.842,45 BBTUD
2. Kelistrikan 675,97 BBTUD vs kontrak 884,71 BBTUD
3. Pupuk 701,56 BBTUD vs kontrak 767,49 BBTUD
4. Lifting 166,69 BBTUD vs kontrak 170,65 BBTUD
5. BBG 3,81 BBTUD vs kontrak 9,23 BBTUD
6. City gas (jargas) 8,01 BBTUD vs kontrak 12,34 BBTUD
7. Domestik LNG 502,52 BBTUD vs kontrak 502,52 BBTUD
8. Domestik LPG 91,72 BBTUD vs kontrak 91,72 BBTUD
9. Ekspor gas pipa 737,17 BBTUD vs kontrak 765,76 BBTUD
10. Ekspor LNG 1.208,79 BBTUD vs kontrak 1.208,79 BBTUD.

3. Listrik

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana juga menegaskan bahwa pasokan atau ketersediaan listrik nasional saat ini masih berlebih atau lebih tinggi dari beban puncak konsumsi masyarakat.

"Yang pasti saat ini kondisi listrik lebih dari cukup sampai akhir tahun, juga nggak akan ada kenaikan tarif dan insya Allah sampai akhir tahun sub sektor dari sisi pasokan dari kesiapan kapasitas ter-install sudah lebih dari cukup," tuturnya saat konferensi pers, Kamis (21/10/2021).

Dia memaparkan, pada 2021 ini diperkirakan beban puncak kelistrikan nasional mencapai 42.575 Mega Watt (MW), sementara suplai listrik, baik dari pembangkit yang telah ada saat ini dan rencana tambahan seperti yang direncanakan di Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, diperkirakan mencapai 71.296 MW. Dengan demikian, diperkirakan masih ada sekitar 28.721 MW kelebihan pasokan listrik (oversupply) tahun ini.

Berikut perkiraan beban puncak pemakaian listrik vs suplai, berdasarkan RUPTL 2021-2030:

- 2021:
Beban puncak pemakaian listrik: 42.575 MW.
Suplai listrik: 71.296 MW.

- 2022:
Beban puncak pemakaian listrik: 44.734 MW.
Suplai listrik: 76.215 MW.

- 2023:
Beban puncak pemakaian listrik: 47.160 MW.
Suplai listrik: 80.101 MW.

- 2024:
Beban puncak pemakaian listrik: 49.636 MW.
Suplai listrik: 82.361 MW.

- 2025:
Beban puncak pemakaian listrik: 52.176 MW.
Suplai listrik: 90.166 MW.

Batu bara memegang peranan penting dalam sektor kelistrikan nasional. Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas, menyebut Pembangkit Listrik Tenaga Uap (yang bertenaga batu bara) menyumbang 50,3% dari total bauran sumber energi listrik Tanah Air.

listrikSumber: PT PLN (Persero), Bahana

Indonesia sudah mengamankan pasokan batu bara untuk kebutuhan nasional dengan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO). Kebijakan ini mensyararkan produsen untuk menjual batu bara kepada PT PLN (Persero) sebanyak 25% dengan harga US$ 70/ton.

Selain energi fosil yang masih melimpah, Indonesia pun dianugerahi sumber energi baru terbarukan yang melimpah, seperti tenaga surya, panas bumi, air, angin, hingga gelombang laut.

4. Energi Terbarukan

Potensi panas bumi Indonesia merupakan terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Hingga Desember 2020, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat sumber daya panas bumi Indonesia mencapai sebesar 23.965,5 Mega Watt (MW) atau sekitar 24 Giga Watt (GW).

Meski memiliki cadangan yang besar, sayangnya apa yang dimiliki Indonesia ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Buktinya, kapasitas terpasang PLTP di Indonesia hingga 2020 baru mencapai 2.130,7 MW atau baru 8,9% dari sumber daya yang ada.

Begitu juga dengan tenaga matahari/ surya, Indonesia bahkan memiliki potensi tenaga surya mencapai 207,8 Giga Watt (GW). Namun sayangnya, sampai akhir 2020 pemanfaatannya sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) baru 153,8 Mega Watt (MW) atau hanya 0,07% alias kurang 1% dari potensi yang ada.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular