Pengusaha Tekstil Ketakutan Krisis Energi di RI, Kok Bisa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak pabrik yang mulai terganggu operasionalnya akibat tidak kuat dengan kenaikan harga batu bara. Mereka mengaku tidak bisa menutupi biaya operasional dengan pendapatan yang ada.
Di sisi lain, bukan hanya harga yang menjadi masalah, namun juga ketersediaan stok. Kekhawatiran yang muncul pun lebih besar jika mengaca pada negara lain.
"Yang kita takut jadi krisis energi. Kita punya sumber energi banyak tapi kalau krisis kan lucu," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen (APSyFI) Redma Gita Wirawasta kepada CNBC Indonesia, Senin (25/10/2021).
Beberapa negara kekurangan energi dengan stok batu bara yang seret. Hal itu juga mulai terjadi pada banyak pabrik. Jika kondisi terus berlanjut, bukan tidak mungkin banyak pabrik yang akhirnya kolaps. Kalangan pengusaha sudah menyampaikan persoalan ini kepada pemerintah, namun belum ada langkah jelas dalam menyelesaikannya.
"Kita juga aneh kok pemerintah nggak tegas terhadap penambang, eksportir batu bara, kok membuat kita riskan. Krisis energi jadi jangan-jangan kita juga krisis energi," jelasnya.
Koordinasi dengan beberapa asosiasi pun kini berjalan, bukan hanya dengan sektor tekstil. Sebab, krisis energi menjadi kekhawatiran banyak kalangan pelaku usaha di berbagai sektor.
Krisis energi sudah menjangkiti banyak negara di dunia, mulai dari China, India hingga Inggris. Teranyar, krisis itu juga menimpa negara tetangga Singapura.
(miq/miq)