Batu Bara Makan Korban, Pabrik-Pabrik Pilih Setop Total!

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak pabrikan yang mulai menyerah dengan tingginya harga batu bara. Mereka mulai beralih ke energi lain yang bisa menjamin ketersediaan stok hingga harga yang terjangkau. Hal ini terjadi pada pabrikan di industri tekstil sampai harus menghentikan produksi.
"Stop full dua pabrik, dua-duanya di Tangerang. Ada yang mengurangi kapasitas sampai setengahnya saja, itu di beberapa perusahaan," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen (APSyFI), Redma Gita Wirawasta kepada CNBC Indonesia, Senin (25/10/21).
Namun, ketergantungan terhadap batu bara tidak bisa sepenuhya hilang. Sebagian pabrikan tekstil tetap perlu menggunakan komoditas ini sebagai boiler batu bara. Kondisi diperparah dengan stok batu bara yang didapat, Redma menyebut kualitas kalorinya sangat rendah.
"Buat boiler pakai kalori rendah, artinya kalau kalori rendah, emisi karbon lebih tinggi, tahun depan kita dapat karbon lebih tinggi lagi karena kalori yang dibakar rendah. Ini buah simalakama, mau nggak mau pajak karbon harus bayar, kita dapat dari penambang yang berkalori rendah, pasti emisi karbon lebih tinggi. Ujung-ujungnya ke pajak," ujar Redma.
Kondisi serupa bukan hanya terjadi di industri tekstil. Namun industri semen pun sudah merasakan hal yang sama. Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia Widodo Santoso mengatakan, pasokan batu bara untuk industri semen sudah semakin menipis, sehingga banyak pabrikan yang mematikan operasinya.
Dia menjelaskan, paling tidak pasokan batu bara untuk pabrik semen hanya bertahan hingga 10 hari. Sebelum terjadi kelangkaan batu bara ini, pabrikan semen bisa mengamankan stok mencapai 30 hari.
"Pasokan luar biasa seret, jadi banyak anggota kami mematikan pabrik, misalnya punya pabrik empat dimatikan satu, punya pabrik lima dimatikan dua," katanya kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (25/10/2021).
[Gambas:Video CNBC]
Tertutup Asap! Begini Penampakan Jalan Raya-Sekolah di China
(hoi/hoi)