Pengusaha Tekstil Ketakutan Krisis Energi di RI, Kok Bisa?

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
25 October 2021 20:10
Pekerja menyelesaikan proses pewarnaan dan pencucian pakaian di salah satu pabrik dikawasan Jakarta, Selasa (11/10/2021). Industri tekstil dan produksi tekstil (TPT) mengalami pasang surut sejak pandemi Covid-19 sejak beberapa tahun belakangan. Setelah sebelumnya berhasil bangkit kembali pada kuartal IV 2020, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro pada tahun ini kembali bergeliat. Kontribusi penurunan terbesar berasal dari penurunan pakaian jadi yang memiliki porsi 66% dari total ekspor TPT Indonesia. Tekanan terhadap industri TPT setidaknya masih terjadi hingga paruh pertama 2021. Kinerja TPT sedikit terbantu oleh adanya permintaan Alat Pelindung Diri atau APD untuk keperluan penanganan COVID-19. Namun permintaan terhadap APD tersebut tidak cukup besar untuk menutupi turunnya penjualan produk produk TPT secara keseluruhan. Menurut owner Helmi
Foto: Pekerja menyelesaikan proses pewarnaan dan pencucian pakaian di salah satu pabrik di Jakarta, Selasa (11/10/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak pabrik yang mulai terganggu operasionalnya akibat tidak kuat dengan kenaikan harga batu bara. Mereka mengaku tidak bisa menutupi biaya operasional dengan pendapatan yang ada.

Di sisi lain, bukan hanya harga yang menjadi masalah, namun juga ketersediaan stok. Kekhawatiran yang muncul pun lebih besar jika mengaca pada negara lain.

"Yang kita takut jadi krisis energi. Kita punya sumber energi banyak tapi kalau krisis kan lucu," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen (APSyFI) Redma Gita Wirawasta kepada CNBC Indonesia, Senin (25/10/2021).

Beberapa negara kekurangan energi dengan stok batu bara yang seret. Hal itu juga mulai terjadi pada banyak pabrik. Jika kondisi terus berlanjut, bukan tidak mungkin banyak pabrik yang akhirnya kolaps. Kalangan pengusaha sudah menyampaikan persoalan ini kepada pemerintah, namun belum ada langkah jelas dalam menyelesaikannya.

"Kita juga aneh kok pemerintah nggak tegas terhadap penambang, eksportir batu bara, kok membuat kita riskan. Krisis energi jadi jangan-jangan kita juga krisis energi," jelasnya.



Koordinasi dengan beberapa asosiasi pun kini berjalan, bukan hanya dengan sektor tekstil. Sebab, krisis energi menjadi kekhawatiran banyak kalangan pelaku usaha di berbagai sektor.

Krisis energi sudah menjangkiti banyak negara di dunia, mulai dari China, India hingga Inggris. Teranyar, krisis itu juga menimpa negara tetangga Singapura.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Blak-blakan Kedutaan Inggris soal Krisis, Singgung Batu Bara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular