Gak Cuma Solar, Bensin Pertalite Juga Langka!

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
Senin, 25/10/2021 18:36 WIB
Foto: Pengendara motor mengatre untuk mengisi bahan bakar Pertalite di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) kawasan Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (17/9/2020). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Belakangan ini sejumlah daerah meneriakkan kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM), mulai dari Sumatera hingga Jawa. Namun nyatanya, bukan hanya Solar bersubsidi yang langka, bensin non subsidi dengan merek Pertalite (RON 90) pun juga dikabarkan langka.

Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Direktorat Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Soerjaningsih mengakui hal tersebut. Dia membenarkan adanya antrian Solar dan Pertalite di sejumlah daerah.

Menurutnya, selain karena lonjakan harga minyak, ini juga dipicu oleh meningkatnya aktivitas perekonomian masyarakat terutama sejak pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), termasuk aktivitas pertambangan di tengah lonjakan harga sejumlah komoditas.


"Pasokan Solar dan Pertalite yang akhir-akhir ini terjadi antrian. Kalau kami amati bahwa kita tahu saat ini harga minyak naiknya cukup naik tajam. Kemudian, aktivitas masyarakat itu juga sudah kembali normal," ungkapnya dalam konferensi pers, Senin (25/10/2021).

"Tadinya pada masa PPKM, sekarang jadi lebih longgar, kita kembali normal sama seperti kondisi sebelum Covid dari sisi konsumsi," imbuhnya.

Soerja juga menjelaskan, kini harga bensin Pertalite (RON 90) di SPBU kini masih dipatok sebesar Rp 7.650 per liter. Namun, harga keekonomian sudah mencapai di atas Rp 11.000 per liter.

Hal ini tak lain karena lonjakan harga minyak dunia yang telah menyentuh di kisaran US$ 85 per barel. Adapun asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada APBN 2021 hanya sebesar US$ 45 per barel.

"Pertamina masih tetap harus jual di harga Rp 7.650, ini kembali lagi agar supaya tidak terjadi keresahan di masyarakat karena kenaikan harga cukup tinggi, sehingga Pertamina sebagai BUMN diharapkan bisa support kelancaran pendistribusian BBM yang terjangkau," paparnya.

Sebelumnya, Anggota Komite BPH Migas Saleh Abdurrahman mengakui bahwa belakangan ini terjadi kelangkaan Solar bersubsidi di beberapa daerah, seperti Sumatera Utara, Jambi, dan Jawa.

Secara umum, dia menyebut saat ini kondisi sudah berangsur normal dan diupayakan segera kembali normal.

"Jadi memang kita alami beberapa kejadian kelangkaan (Solar) di Sumatera Utara, Jambi, dan Jawa. Secara umum semua kondisi telah normal, diupayakan normal," ungkapnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Senin (25/10/2021).

Sementara itu, Anggota Komisi VII DPR RI Kardaya Warnika bercerita, bulan lalu saat dia melakukan kunjungan ke Dapil, banyak laporan dari masyarakat yang menyebut terjadi kelangkaan.

Mengenai kelangkaan ini dia mengaku sudah berkomunikasi dengan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan BPH Migas. Menurutnya, jawaban dari dua pihak ini adalah kelangkaan akibat adanya masalah cash flow di Pertamina.

"Masalah BBM ini pilarnya ada tiga yakni Menteri ESDM, Pertamina, dan BPH Migas. Waktu saya tanya satu-satu semuanya saling menghindar, Pertamina bilang dari BPH, BPH bilang karena Pertamina, saya ke Menteri juga komunikasi," ucapnya dalam kesempatan yang sama.

Menurutnya, masalah utama energi yang tidak boleh terjadi adalah kelangkaan. Kejadian kelangkaan ini menurutnya terjadi karena kurangnya antisipasi pemerintah dan badan usaha.

Dia mencontohkan, di Jawa saat ini sedang musim panen, di mana petani sudah tidak lagi memanen padi dengan tangan, namun dengan mesin yang membutuhkan Solar. Kondisi ini dia sebut tidak diantisipasi, sehingga terjadi kelangkaan.

"Pelaut tidak melaut karena gak ada Solar karena keadaan yang begini," sesalnya.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pertamina Masih Akan Tingkatkan Pasokan BBM 5 Tahun Ke Depan