Pertalite Gak Disubsidi, Pertamina Nombok Rp3.000an/Liter!

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
25 October 2021 16:57
Pengendara motor mengatre untuk mengisi bahan bakar Pertalite di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) kawasan Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (17/9/2020). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pengendara motor mengatre untuk mengisi bahan bakar Pertalite di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) kawasan Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (17/9/2020). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) diperkirakan harus menanggung biaya Rp 3.000-an per liter dari menjual Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite (RON 90).

Hal ini sebagai akibat dari harga jual Pertalite ke masyarakat dipatok sebesar Rp 7.650 per liter, sementara harga keekonomian di pasar seharusnya kini telah mencapai di atas Rp 11.000 per liter.

Hal tersebut terungkap dari pernyataan Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Direktorat Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Soerjaningsih.

Perlu diketahui, bensin Pertalite tidak disubsidi atau pun tidak diberikan kompensasi oleh pemerintah kepada Pertamina, seperti halnya penjualan Solar bersubsidi dan penugasan penjualan bensin Premium.

Oleh karena itu, ini akan menjadi beban Pertamina.

"Pertalite ini bahan bakar umum, harganya secara normal sudah berada di atas Rp 11.000, harga keekonomiannya," tutur Soerjaningsih dalam konferensi pers, Senin (25/10/2021).

Dia mengatakan, meski seharusnya harga Pertalite sesuai harga keekonomian karena bukan barang subsidi, namun agar tidak terjadi keresahan di masyarakat bila terjadi kenaikan cukup tinggi, maka Pertamina sebagai BUMN diharapkan dapat mendukung kelancaran pendistribusian BBM dengan menjual harga BBM yang terjangkau bagi masyarakat.

"Ini kembali lagi agar supaya tidak terjadi keresahan di masyarakat karena kenaikan harga cukup tinggi, sehingga Pertamina sebagai BUMN diharapkan bisa support kelancaran pendistribusian BBM yang terjangkau," jelasnya.

Dia pun mengakui, belakangan ini terjadi antrian cukup panjang atau kelangkaan Pertalite di sejumlah daerah. Namun dia pun tidak mengatakan secara terang-terangan apakah meningkatnya harga keekonomian Pertalite tapi di sisi lain tidak ada subsidinya dari pemerintah membuat Pertamina mengurangi pasokan Pertalite di sejumlah daerah.

Tapi dia hanya mengatakan, salah satu penyebabnya adalah karena lonjakan harga minyak.

"Pasokan Solar dan Pertalite yang akhir-akhir ini terjadi antrian, kalau kami amati bahwa kita tahu saat ini harga minyak naiknya cukup naik tajam. Kemudian, aktivitas masyarakat itu juga sudah kembali normal," tuturnya.

Perlu diketahui, harga minyak mentah dunia saat ini tengah melonjak di kisaran US$ 85 per barel. Harga ini jauh lebih tinggi dari asumsi harga minyak mentah Indonesia pada APBN 2021 sebesar US$ 45 per barel.

Dia pun menyebut harga keekonomian bensin Premium saat ini seharusnya mencapai sekitar Rp 9.000 per liter. Sementara harga jual ke masyarakat saat ini masih sebesar Rp 6.450 per liter. Namun, bedanya dengan Pertalite, pemerintah akan memberikan kompensasi kepada Pertamina atas selisih harga keekonomian dan harga jual dari bensin Premium setelah diaudit nantinya.

"Terkait Premium ini kompensasi, pastinya selisih harga jual Premium Rp 6.450 per liter dan harga keekonomian sekitar Rp 9.000 per liter bisa dihitung berapa kompensasi yang harus dibayarkan," tuturnya.

Dia mengatakan, penyaluran bensin Premium telah mencapai 3,3 juta kilo liter (kl) sampai September 2021.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pertamina Nombok Besar, Harga Pertalite Ternyata Rp 11.000!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular