
Fakta-fakta Pantai Bikini Diizinkan Arab Saudi, Ternyata...

Negara ini mengalami perubahan di bawah putra mahkota dan penguasa de facto, Mohammed bin Salman (MBS), yang berkuasa pada 2017. Ia sibuk mendiversifikasi sumber pendapatan negara.
Negeri itu, tengah fokus membangun pariwisata untuk mencapai target menjadi salah satu pilar ekonomi di masa yang akan datang. Pariwisata akan menjadi penyokong PDB kedua setelah minyak.
Kocek US$500 miliar lebih digelontorkan untuk proyek-proyek besar. Seperti pengembangan Laut Merah, Qiddiya, Diriyah, AlUla dan Neom, yang akan merevolusi pariwisata kerajaan kepada khalayak nasional dan internasional.
Reformasi yang dirancang untuk membuka diri terhadap dunia termasuk aturan untuk mengakomodasi investasi di sektor pariwisata. Terobosan lain adalah e-visa dapat dikeluarkan untuk pelancong hanya dalam waktu lima menit.
Pengembangan pariwisata yang masif untuk mengembangkan ekonomi Arab Saudi di tahun 2030 sesuai dengan visi yang dibangun sejak 2016. Salah satu tujuannya adalah melepas ketergantungan dari jualan minyak.
Pada kuartal kedua 2021, kontribusi sektor petroleum dan gas dominan dengan pencapaian 24,9%. Visi yang dibangun oleh Arab Saudi yaitu masyarakat yang dinamis, ekonomi yang berkembang, dan menunjukkan bangsa yang ambisius kepada dunia.
Tema pertama menekankan kualitas hidup yang lebih baik di masa depan, mempromosikan warisan budaya Arab Saudi, lingkungan yang indah dan sejarah agama melalui pariwisata termasuk penyelenggaraan ibadah Haji atau Umrah.
Tema kedua, untuk mencapai ekonomi yang berkembang, berjanji untuk membangun sistem pendidikan yang komprehensif untuk meningkatkan sektor ekonomi non-energi dengan potensi tak terbatas dan mendiversifikasi ekonomi Kerajaan dengan berbagai alat investasi.
Tema ketiga berfokus pada progresivitas pemerintah Arab Saudi dengan meningkatkan porsi pendapatan nonmigas dan meningkatkan efektivitas pemerintah secara keseluruhan.
Visi 2030 adalah reformasi sosial politik dan ekonomi nasional untuk mengurangi ketergantungan Arab Saudi pada minyak mentah. Rencana reformasi ekonomi besar-besaran Arab Saudi juga bisa dibilang sebagai langkah antisipasi dari perkembangan energi dunia.
Di masa depan ketika energi fosil mulai ditinggalkan. Minyak akan jadi salah satu yang paling mengalami penurunan permintaan terutama dari transportasi yang selama ini memberikan sumbangsih terbesar terhadap permintaan minyak dunia.
Peralihan ke energi terbarukan karena masalah emisi karbon dunia sehingga terjadi kesepakatan negara-negara untuk bersama-sama mengurangi emisi karbon. Negara Saudi Arabia adalah penyumbang emisi karbon terbesar kedua di daerah timur tengah setelah Iran.
Menurut IEA (The International Energy Agency), dalam "Outlook Energy 2021", tingkat permintaan minyak akan turun hingga 104 juta barel per hari (mb/d) pada pertengahan 2030-an dan kemudian turun sangat sedikit hingga 2050.
Pada tahun 2030 dan 2050, permintaan minyak untuk transportasi jalan menurun lebih dari 2 mb/d secara global. Tahun 2030, 15% mobil penumpang di jalanan dikuasai mobil listrik dan meningkat menjadi 30% pada tahun 2050.
Berdasarkan data BP Statistical Review, Saudi Arabia memiliki cadangan minyak sebesar 297.500 mb dan menjadi negara yang memiliki cadangan terbesar kedua di dunia dengan porsi 17,2% dari total cadangan minyak dunia.Saudi Arabia berada di urutan kedua dengan produksi 11.039 mb/d.
[Gambas:Video CNBC]