Help! Lonjakan Harga Batu Bara Bikin Industri Ini Remuk

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
22 October 2021 20:28
Pekerja menyelesaikan proses pewarnaan dan pencucian pakaian di salah satu pabrik dikawasan Jakarta, Selasa (11/10/2021). Industri tekstil dan produksi tekstil (TPT) mengalami pasang surut sejak pandemi Covid-19 sejak beberapa tahun belakangan. Setelah sebelumnya berhasil bangkit kembali pada kuartal IV 2020, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro pada tahun ini kembali bergeliat. Kontribusi penurunan terbesar berasal dari penurunan pakaian jadi yang memiliki porsi 66% dari total ekspor TPT Indonesia. Tekanan terhadap industri TPT setidaknya masih terjadi hingga paruh pertama 2021. Kinerja TPT sedikit terbantu oleh adanya permintaan Alat Pelindung Diri atau APD untuk keperluan penanganan COVID-19. Namun permintaan terhadap APD tersebut tidak cukup besar untuk menutupi turunnya penjualan produk produk TPT secara keseluruhan. Menurut owner Helmi
Foto: Pekerja menyelesaikan proses pewarnaan dan pencucian pakaian di salah satu pabrik dikawasan Jakarta, Selasa (11/10/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Selain industri semen yang mengalami kerugian karena meroketnya harga batu bara. Namun industri tekstil juga terancam kolaps atau tumbang jika tidak ada intervensi dari pemerintah.

Ketua Dewan Penasehat Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat, mengatakan daya beli masyarakat belum pulih imbas Covid - 19. Lalu muncul masalah krisis energi yang terjadi di beberapa negara membuat harga impor bahan baku naik mencapai 40%.

"Ditambah harga batu bara naik, bukan hanya masalah harga tapi ketersediaan batu bara juga sudah langka. Padahal kita pakai kalori rendah, tapi sudah mahal. Itu menjadi kendala untuk melangsungkan industri ini supaya berdaya saing," katanya dalam Evening Up CNBC Indonesia Jumat (22/10/2021).

Masalah ini mengancam industri tekstil untuk jangka pendek. Karena dengan masalah naiknya harga bahan baku impor dan batu bara berimbas pada naiknya harga produk.

Ade mengatakan jika harga juga produk dipatok naik, dipastikan tidak akan bisa terserap oleh pasar dalam negeri. Sehingga barang hasil produksi tidak akan terjual dan mengancam eksistensi industri tekstil.

"Kalau tidak ada kebijakan pro ketersediaan atau DMO maka akan berat mempertahankan industri ini," katanya.

Sehingga menurut dia butuh langkah kongkrit dari pemerintah untuk menyelesaikan masalah ini. Jika tidak industri tekstil dalam negeri terancam tumbang.

"Langkah kongkret pemerintah diperlukan dalam waktu singkat dan cepat, kalau tidak akan collapse," jelasnya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tekstil & Semen Teriak Batu Bara Nanjak, Ini Jurus Pemerintah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular