Internasional

Ngeri! Ini Dampak Konflik Taiwan & Laut China Selatan

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
17 October 2021 09:35
In this photo released by the Taiwan Presidential Office, a military jet taxis along a highway in Jiadong, Taiwan, Wednesday, Sept. 15, 2021. Four military aircraft landed on the highway and took off again on Wednesday as part of Taiwan's five-day Han Guang military exercise designed to prepare the island's forces for an attack by China, which claims Taiwan as part of its own territory. (Taiwan Presidential Office via AP)
Foto: AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Konfrontasi yang dilakukan China terhadap Taiwan (China Taipei) rupanya dinilai bisa berdampak serius terhadap wilayah perairan Laut China Selatan (LCS). Hal ini disampaikan oleh Richard Anderson Falk, pakar hukum internasional asal Amerika Serikat (AS).

"Ini menciptakan jenis bipolaritas baru di dunia, di mana Anda menemukan China, Rusia di satu sisi, dan Eropa dan Amerika Utara di sisi lain," kata mantan anggota Pelapor Khusus PBB dalam wawancara khusus dengan Anadolu Agency (AA), kantor berita Turki, dikutip Minggu (17/10/2021).

Falk mengatakan dunia sedang mengalami "periode penataan kembali geopolitik, sehingga bahwa banyak negara mencoba untuk memutuskan pihak mana yang benar.

"Bagaimana hal itu berhasil akan menentukan bentuk politik global selama satu atau dua dekade mendatang," lanjutnya.

Sebagaimana diketahui, hubungan China dan Taiwan semakin panas. Tekanan Beijing makin keras kepada wilayah yang disebut dengan Republik Formosa itu yang dianggap sebagai bagian dari provinsinya.

Presiden China Xi Jinping bahkan sempat bersuara lantang tentang 'penyatuan Taiwan'. Ia menegaskan hal itu dipastikan akan dapat terwujud.

Komentar Xi diutarakan ketika ketegangan antara Beijing dan Taipei meningkat beberapa waktu terakhir. Sebelumnya China mengirimkan 150 jet tempur menyerbu zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ), terbesar sepanjang sejarah konflik keduanya.

Sementara itu, seolah membalas Xi, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menyampaikan akan terus memperkuat pertahanan negara itu. Ia memastikan tidak ada yang bisa memaksa Taiwan rujuk dengan China.

Dia menyebut China tidak menawarkan kebebasan dan juga demokrasi. Lebih lanjut dia menegaskan akan memperkuat pertahanan nasional.

Tsai menyampaikan ulang tawarannya untuk berbicara dengan China atas dasar kesetaraan, meskipun tidak ada tanggapan segera dari Negeri Tirai Bambu. China menyebut Taiwan sebagai separatis yang menolak untuk mengakui Taiwan adalah bagian dari China dan tidak mengakui pemerintah Taiwan.

Tsai mengatakan Taiwan adalah negara merdeka yang disebut Republik China, nama resminya. Pihaknya tidak akan berkompromi dalam mempertahankan kedaulatan dan kebebasannya.

Taiwan sendiri kini didukung oleh Amerika Serikat (AS). Sementara hubungan China dan AS masih belum pulih meski perwakilan dari kedua negara sudah mulai melakukan pertemuan untuk memperbaiki hubungan mereka.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pesawat China 'Ugal-ugalan', Taiwan Kerahkan Jet Tempur

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular