
Menlu Iran & China Telpon-telponan, Bahas Nuklir Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Hossein Amirabdollahian mengadakan pembicaraan dengan mitranya Menlu China, Wang Yi mengenai kesepakatan nuklir Iran.
Selain nuklir, pembahasan juga berkutat seputar hubungan bilateral dan perkembangan regional dan internasional. Hal ini disampaikan Kementerian Luar Negeri Iran pada Sabtu kemarin (16/10).
Kedua diplomat top tersebut membahas persoalan melalui telepon mengenai status terbaru dari Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA)," kata Kementerian itu dalam sebuah pernyataan, dikutip Minggu ini (17/10).
JCPOA atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) adalah nama resmi dari perjanjian nuklir.
Amirabdollahian menekankan perlunya implementasi program kerja sama 25 tahun yang komprehensif antara kedua negara.
Sementara itu, Yi menekankan perlunya kebangkitan kembali kesepakatan nuklir dan China pun menyambut awal pembicaraan antara Republik Islam Iran dan pihak Eropa.
Amirabdollahian juga mengatakan bahwa dia sudah memerintahkan rekan-rekannya di internal Kemenlu untuk melanjutkan konsultasi erat mengenai hal tersebut.
Menurut dia, pembicaraan antara Iran dan Uni Eropa "telah dimulai ke arah yang positif dan konstruktif" dan akan berlanjut di Brussel.
Dia juga meminta AS untuk mencabut sanksi "sepihak dan ilegal" terhadap Iran.
Pada Kamis lalu, Enrique Mora, Wakil Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, bertemu di Teheran dengan Wakil Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri Kani.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan kedua belah pihak membahas masalah bilateral, regional dan internasional," termasuk "hubungan Iran-Uni Eropa, Afghanistan, dan negosiasi untuk mencabut sanksi terhadap Iran.
Kunjungan utusan Uni Eropa, yang ditugaskan untuk mengoordinasikan pembicaraan tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015, terjadi di tengah meningkatnya tekanan dari AS dan negara-negara Eropa untuk melanjutkan pembicaraan di Wina.
Pemerintahan AS pada Mei 2018 (masih di bawah Donald Trump) secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir yang ditandatangani antara Iran dan kekuatan dunia pada Juli 2015, diikuti dengan penerapan kembali sanksi.
Sejak 2019, Iran telah mengambil serangkaian langkah untuk mengurangi komitmennya berdasarkan kesepakatan itu, termasuk meningkatkan kegiatan pengayaan nuklir, yang memicu kekhawatiran di komunitas internasional.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wang Yi 'Sohib Luhut' Resmi Gantikan Menlu China yang Hilang
