Kecelakaan Boeing 737 MAX

Sah Didakwa, Pilot Uji Boeing 737 MAX Terancam Bui 100 Tahun

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Jumat, 15/10/2021 13:21 WIB
Foto: Boeing 737 Max dapat kembali mengudara setelah Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) mengeluarkan izin pada Rabu (18/11/2020). (AP/Ted S. Warren)

Jakarta, CNBC Indonesia - Juru pengadilan federal Amerika Serikat (AS) mendakwa mantan pilot uji coba Boeing 737 MAX. Ia disebut menyesatkan regulator penerbangan selama sertifikasi untuk pesawat yang terlibat dalam dua kecelakaan fatal itu.

Sosok itu adalah Mark Forkner (49). Ia adalah kontak utama antara raksasa pesawat tersebut dengan Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) soal bagaimana pilot harus dilatih menerbangkan pesawat.


"Forkner memberi agensi informasi yang salah, tidak akurat, dan tidak lengkap tentang bagian baru dari kontrol penerbangan untuk sistem penanganan penerbangan Boeing 737 MAX," kata Departemen Kehakiman dalam sebuah pernyataan, dikutip Jumat (15/10/2021).

Sistem yang dimaksud adalah Sistem Penanganan Penerbangan Manuver (MCAS). Sistem ini disalahkan atas kecelakaan pada 2018 dan 2019, di mana MCAS seharusnya mencegah pesawat menyelam, tetapi malah tidak berfungsi.

Forkner sendiri disebut telah menemukan informasi soal kejanggalan itu di 2016. Dalam Sayangnya ia tidak membuat penundaan dan sengaja memilih tidak membagikan detailnya ke FAA.

Akibatnya, FAA tidak memasukkan referensi ke MCAS dalam pelatihan manual untuk pilot. Fakta ini sendiri baru diketahui di 2019, setelah ia mengirimkan pesan ke seorang rekan soal sulitnya MCAS membuat pesawat terbang di simulator.

Forkner menyebut ke rekannya ia telah berbohong ke regulator. Dokumen itu sendiri terbit tahun 2020, yang menyebabkan dirinya dituduh berkonspirasi melawan pelanggan Boeing yang membeli pesawat untuk menyembunyikan informasi penting.

Kecelakaan 737 MAX mendapat sertifikasi resmi Maret 2017. Setelahnya pesawat melakukan penerbangan beberapa minggu kemudian.

Namun pada Oktober 2018, pesawat Lion Air jatuh ke laut tak lama setelah lepas landas dan menewaskan 189 orang. Di Maret 2019, Ethiopian Airlines juga jatuh dan menewaskan 157 orang.

Ini membuat 737 Max sempat dilarang terbang di seluruh dunia selama 20 bulan. Pesawat itu baru bisa mengudara lagi akhir 2020, setelah MCAS dimodifikasi.

Jika terbukti bersalah, Forkner akan menerima hukuman hingga 100 tahun penjara.

"Forkner diduga menyembunyikan informasi penting dari regulator," kata Jaksa Federal Texas, Chad Meacham.

"Departemen Kehakiman tidak akan mentolerir penipuan, terutama di industri di mana taruhannya sangat tinggi."


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kecelakaan Air India, AS Belum Akan Sanksi Boeing