Biang Kerok Pabrik Tinggalkan Batu Bara: Harganya Selangit!

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara masih jauh terbang tinggi berada di atas normal. Meski kemarin harganya turun 1,92% menjadi US$ 255/ton, namun selama 3 hari berturut-turut sebelumnya komoditas ini terus mengalami kenaikan sebesar 15,61% dan sempat menyentuh rekor tertinggi US$ 280/ton.
Akibatnya pabrikan dalam negeri mulai berpikiran untuk meninggalkan energi ini dan beralih ke sumber lain. Langkah ini tidak bisa terhindarkan mengingat harganya berpotensi terus naik beberapa waktu ke depan.
"Kondisinya sekarang beberapa anggota kita sudah switch, mereka matikan pembangkit (batu bara) dan switch ke PLN," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen (APSyFI), Redma Gita Wirawasta kepada CNBC Indonesia, Kamis (14/10/21).
Industri tekstil menggunakan batu bara untuk dua aspek, yakni boiler dan pembangkit. Yang paling berpengaruh ketika penggunaannya untuk pembangkit, dimana biaya produksi untuk sektor hulu atau bahan baku mencapai 23% hingga 25%. Di sisi lain, stoknya pun tidak terlalu banyak sehingga menyulitkan industri untuk mendapatkannya.
"Salah satu cara untuk perusahaan yang susah mendapat stock dia switch ke PLN. Mudah-mudahan PLN nggak naikin, kalau naikin kan jadi beban di kita juga," ujar Redma.
Namun, peluang PLN menaikkan tarif listrik juga terbuka mengingat BUMN tersebut juga menggunakan batu bara dengan jumlah yang sangat besar dalam pembangkit listrik. Jika itu terjadi, kenaikan biaya produksi dari industri hilir bisa lebih besar dari saat ini yang sudah mencapai 7%.
"Dari cost batubara energi ditambah bahan baku sudah naik sekitar 7%. Kalau PLN menaikkan lagi harga, PLN pun menghitung harga batubara yang dia dapat, mungkin bisa dia atas 12%," katanya.
[Gambas:Video CNBC]
Tertutup Asap! Begini Penampakan Jalan Raya-Sekolah di China
(dru)