Putin Buka Suara soal Laut China Selatan, Beri Pesan ke China
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan pesan khusus kepada Presiden China Xi Jinping mengenai Laut China Selatan (LCS). Putin menekankan agar masalah sengketa di perairan itu tidak melibatkan banyak negara.
Mengutip media resmi pemerintah Rusia, TASS, Putin menyebut bahwa sengketa itu seharusnya hanya diselesaikan oleh pihak-pihak yang bersengketa. Ini diyakini ditujukan pada AS dan Eropa yang saat ini intens dalam melakukan misi di perairan kaya hasil alam itu.
"Mengenai LCS, memang ada kepentingan yang berlawanan, namun Rusia merasa perlu untuk memberikan kesempatan kepada semua negara di kawasan itu, tanpa campur tangan kekuatan ekstra-regional, untuk mengatasi semua perselisihan yang timbul," katanya dikutip Kamis (14/10/2021).
"Itu harus menjadi proses negosiasi, begitulah cara kita menyelesaikan argumen apa pun, dan saya yakin ada potensi untuk itu."
Ketegangan di LCS sendiri mulai memanaskan hubungan antara China dan Amerika Serikat (AS). Washington seringkali mengirimkan kapal perangnya untuk melakukan misi yang disebut sebagai 'kebebasan navigasi' di wilayah yang diklaim Beijing merupakan miliknya.
Terbaru, relasi keduanya semakin meruncing saat kapal selam nuklir AS, USS Connecticut, dilaporkan mengalami kecelakaan, Kamis (7/10/2021). Kapal itu mengaku "dihantam" objek tak dikenal saat beroperasi di bawah perairan LCS.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan AS harus menjelaskan di mana tepatnya kecelakaan kapal selam itu terjadi, apakah itu menyebabkan kebocoran nuklir atau mencemari lingkungan, dan apakah itu akan mempengaruhi navigasi dan keselamatan penangkapan ikan.
"Saya ingin menekankan bahwa akar penyebab insiden itu, yang juga menimbulkan ancaman serius dan risiko signifikan bagi perdamaian dan stabilitas regional, adalah masalah terus-menerus yang ditimbulkan AS di LCS dalam jangka waktu yang lama," ujarnya.
LCS merupakan jalur penting untuk sebagian besar pengiriman komersial dunia dengan beberapa negara terletak di bibir lautan itu seperti Brunei, Kamboja,China, Indonesia,Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Lautan itu diyakini sebagai lautan yang kaya hasil alam, terutama migas dan ikan.
China bersikukuh mengklaim sekitar 90% dari lautan itu dalam apa yang disebut sebagai "sembilan garis putus-putus" dimana mencakup area seluas sekitar 3,5 juta kilometer persegi (1,4 juta mil persegi). Klaim tersebut telah menimbulkan ketegangan politik dunia akan perang terbuka yang mungkin saja terjadi karena konflik teritorial ini.
(sef/sef)