China Alami Krisis, RI Ketiban 'Durian Runtuh'
Jakarta, CNBC Indonesia - China tengah alami krisis energi, di mana 20 provinsi mengalami kekurangan pasokan listrik. Atas kondisi tersebut, Indonesia ternyata meraup untung besar.
"Sebenarnya ada semacam blessing in disguisse dari krisis energi ini karena Indonesia mengambil keuntungan dari peningkatan harga komoditas dan peningkatan permintaan harga komoditas utama," ungkap Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Yusuf Rendy Manilet kepada CNBC Indonesia, Kamis (14/10/2021)
Dalam catatan Yusuf, sektor pertambangan bahkan sudah tumbuh 61% sepanjang Januari - Agustus 2021 dengan lonjakan terbesar dari komoditas batubara. Lebih tinggi dibandingkan dengan industri maupun pertanian.
"Kondisi ini juga yang ikut mendorong pertumbuhan ekspor di sepanjang 2021 ini," jelasnya.
Dampak lainnya adalah penerimaan negara, khususnya pada kelompok bea keluar dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sumber daya alam (SDA).
"Beberapa pos penerimaan negara seperti bea keluar dan juga PNBP Minerba mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan, bea keluar tumbuh 891% pada Agustus, semetara pertumbuhan pertambangan minerba melonjak 87%," terang Yusuf.
Meski demikian, Yusuf mengingatkan bahwa keuntungan ini bisa berbalik jadi ancaman di waktu tertentu. Pemerintah diharapkan lebih antisipatif terhadap berbagai kemungkinan buruk yang muncul ke depannya.
"Dibalik keuntungan tersembunyi, ada risiko tersembunyi jika pererkonomian China melambat akibat krisis energi," ujarnya
"Kita tahu bahwa China merupakan pemain utama perekonomian global, perlambatan perekonomian China secara tidak langsung akan ikut memperlambat pertumbuhan ekonomi global termasuk pertumbuhan ekonomi emerging market termasuk Indonesia," tegas Yusuf.
(mij/mij)