Fakta Terbaru Kereta Cepat China Jkt-Bdg yang Disuntik APBN

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
13 October 2021 11:17
Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). (Dok: KCIC)
Foto: Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). (Dok: KCIC)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung (KCJB). Mulai dari pembentukan komite, hingga akan menyuntikkan modal dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN).

Masalah yang dihadapi proyek ini juga pelik, karena biaya proyek yang membengkak. Hingga konsorsium Indonesia yang tidak sanggup menyetor dana ekuitas dasar karena kondisi finansial.

CNBC Indonesia dalam Evening Up, Selasa (13/10/2021) melakukan wawancara dengan Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto, dan GM Corporate Secretary Mirza Soraya terkait proyek ini. Berikut fakta-fakta terbarunya.

Klarifikasi Nominal Cost Over Run

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto mengatakan angka cost over run belum final, dari pekerjaannya pembengkakan biaya yang terjadi itu dalam rentang US$ 1,3 - US$ 1,6 miliar atau setara Rp 18,3 triliun - Rp 22,5 triliun dengan kurs (Rp 14.100/US$).

"Saya perlu koreksi sedikit. Angka Rp 27 triliun bukan angka final. Tapi Range angka sekarang yang dikaji tim itu sekitar US$ 1,3 - 1,6 miliar, jadi sekitar Rp 23 - 24 triliun cost over run," kata Seto.

Nantinya setelah angka pasti dari hasil perhitungan internal sudah didapat, menurut Seto akan dilakukan audit dengan Badan Pengawas Keuangan Pembangunan (BPKP). Sehingga belum tentu cost over run yang terjadi ini Rp 27 triliun.

Nantinya setelah angka pasti dari hasil perhitungan internal sudah didapat, menurut Seto akan dilakukan audit oleh Badan Pengawas Keuangan Pembangunan (BPKP).

Masih Dalam Perhitungan Internal

GM Corporate Secretary KCIC Mirza Soraya, mengatakan angka cost over run masih dalam proses perhitungan. Juga dalam proses negosiasi dengan kontraktor serta pihak lainya seperti pemberi pinjaman dalam hal ini China Development Bank.

"Jadi angka belum final, cukup banyak yang harus dibahas belum bisa di informasikan," katanya.

Alasan Pembengkakan Biaya

Mirza mengatakan banyak faktor yang mempengaruhi pembengkakan biaya, salah satunya adalah pengadaan lahan.

"Di lapangan biaya proyek ini bertambah seperti harus merelokasi fasilitas umum dan sosial yang dilewati trase. Di situ terjadi penambahan luas lahan karena harus merelokasi fasilitas umum mengganti lahan baru itu menyebabkan penambahan biaya," katanya.

Selain itu ada penggunaan frekuensi GSM-R atau Global System for Mobile Communication yang biasa dipakai untuk telekomunikasi persinyalan kereta, membuat biaya bengkak. Menurut Soraya pada anggaran awal mengacu bench mark di China. Disana tidak harus membayar frekuensi GSM-R ini kepada siapa pun.

"Jadi kalau di sini kebijakanya lain jadi harus ada biaya investasi yang dikeluarkan dan ini di luar anggaran awal karena tadi Benchmark di China," katanya.

Tidak hanya itu, Soraya mengatakan pembengkakan biaya terjadi juga karena ada biaya instalasi untuk PLN. Ini adalah biaya yang harus ditanggung KCIC. Juga pekerjaan variation order proses konstruksi.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Septian Hario Seto mengatakan alasan proyek ini membengkak karena kondisi geografis wilayah Jawa Barat yang diluar perkiraan.

"Contoh ada satu tunnel yang mendekat ke arah Bandung, di dalam itu ada batu yang tidak bisa di bor jadi harus di blasting (peledakan) ini makanya terjadi pembengkakan biaya," katanya.


(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Uang Negara Demi Kereta Cepat China, Relakah Anda?

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular