
Bumi Bisa Kolaps! 4 Fakta Ramalan Ngeri Dunia Selain Covid-19

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman perubahan iklim semakin nyata di depan mata manusia. Terbaru beberapa badai menerjang dunia seperti di Filipina dan Italia.
Di Filipina, Badai Kompasu menghantam Filipina pada Senin (11/10/2021). Sejauh ini telah dilaporkan 9 warga tewas dan 11 lainnya hilang akibat badai itu.
Dari jumlah itu, 4 orang dilaporkan tewas akibat tanah longsor di Provinsi Benguet. Sementara itu 5 korban lainnya tewas setelah tenggelam dalam aliran banjir di Pulau Palawan.
"Presiden Duterte memantau langsung tanggap darurat bencana pemerintah," ujar juru bicara Malacanang, Harry Roque.
Di Italia, hujan yang sangat deras terjadi pada pekan lalu. Hujan itu merupakan hujan yang belum pernah terlihat di seluruh Eropa dengan debit air lebih dari 36 inch dan terjadi dalam 12 jam.
Ilmuwan sendiri mengatakan bahwa ini merupakan dampak perubahan iklim yang telah diakibatkan oleh manusia. Ini membuat pemanasan bumi yang membuat lebih banyak air dari permukaan yang terserap.
"Frekuensi dan intensitas kejadian hujan lebat telah meningkat sejak 1950-an di sebagian besar wilayah daratan," menurut laporanPBB tentang perubahan iklim yang dikutip CNN International, Kamis (7/10/2021).
Lalu apa saja ramalan mengerikan mengenai perubahan iklim ini? Berikut daftarnya:
1. Genjot Kematian
Ruth Etzel dari International Pediatric Association menyatakan bahwa tindakan menyelamatkan iklim dunia harus dilakukan segera. Ini agar menghindari kematian terutama anak-anak yang seringkali terjadi karena efek polusi.
Perubahan iklim terjadi di antaranya karena pemanasan global efek pembakaran bahan bakar fossil. Bahan bakar fossil tersebut membuat polusi udara saat diproses menjadi energi untuk manusia.
"Dokter anak berbicara karena kami melakukan pencegahan. Kami memberikan imunisasi untuk mencegah penyakit menular dan kami berbicara sekarang karena kami tahu bahwa kesehatan masyarakat dan kesehatan iklim adalah satu," ujarnya dalam forum nakes untuk iklim dunia.
Halaman 2>>
2. Ganggu Pangan Dunia
Setelah laporan mengenai mencairnya es di kutub, kali ini bencana ekologis itu mulai mengancam salah satu bahan pangan utama manusia, ikan. Mengutip China Daily, hal ini terungkap dari sebuah studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari Australia, Amerika Serikat (AS), Eropa dan Kanada.
Dalam penelitian itu, para peneliti menyebut bahwa perubahan iklim mengubah pola migrasi banyak spesies ikan, termasuk tuna. Bila hal ini terus terjadi, ilmuwan mengatakan jumlah biomassa hewan laut dunia akan menurun. Ini akan menjadi ancaman pangan baru.
"Pemanasan global telah mendorong perubahan signifikan dalam struktur ekosistem laut di seluruh lautan dunia," ujar Ryan Heneghan, ahli kelautan biologi di Universitas Teknologi Queensland, bergabung dalam penelitian itu.
3. Negara-negara Ini Terancam Tenggelam
Sebuah laporan terbaru dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim(IPCC) menemukan bahwa dunia mungkin memanas hingga 1,5°C pada awal 2030-an. Kenaikan ini disebut sangat mengancam negara-negara kepulauan di Samudera Pasifik.
"Dengan meningkatnya suhu di atas 1,5°C, masyarakat Pasifik kemungkinan besar akan mengalami dampak perubahan iklimyang semakin menghancurkan," ujar Profesor Mark Howden,wakil ketua Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim dan direktur Institut SolusiI klim, Energi & Bencana di Universitas Nasional Australia.
Ia menyebut bahwa fenomena perubahan iklim ini akan memancing beberapa bencana berat yang akan dialami negara seperti Vanuatu dan Fiji. Mereka saat ini disebut mengalami ancaman dibanjiri air laut dan badai besar.
"Meskipun Pasifik diproyeksikan secara umum menghadapi lebih sedikit topan di bawah pemanasan di masa depan, mereka cenderung menjadi lebih intens," katanya lagi.
"Ini, ditambah dengan kenaikan permukaan laut, akan memperburuk peristiwa gelombang badai mematikan di negara-negara seperti Fiji dan Vanuatu."
Tak hanya itu, kenaikan suhu dunia yang menaikan ketinggian air laut juga disebut akan mengancam cadangan air bersih negara-negara seperti Mikronesia.
"Misalnya, penurunan 20% dalam ketersediaan air tanah diproyeksikan pada tahun 2050 di pulau atol karang Negara Federasi Mikronesia (FSM). Di bawah skenario kenaikan permukaan laut yang tinggi, ketersediaan air tanah segar di FSM dapat menurun lebih dari setengahnya karena intrusi air laut dan peristiwa kekeringan," tambanya.
4. Dampak ke Indonesia
Ancaman perubahan iklim juga dialamatkan ke Indonesia. Hal ini diingatkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden beberapa pekan lalu.
Dalam pidatonya dikantor Direktur Intelijen Nasional AS, presiden negara adidaya itu menyebut bahwa Jakarta terancam tenggelam dikarenakan perubahan iklimyang saat ini sedang menghantui seluruh dunia.
"Departemen Pertahanan mengatakan apa ancaman terbesar yang dihadapi Amerika: perubahan iklim," tegasnya dalam pidato itu sebagaimana dipublikasikan whitehouse.gov.
"...Apa yang terjadi di Indonesia jika proyeksinya benar bahwa, dalam 10 tahun ke depan, mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya karena mereka akan berada di bawah air?"
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Muncul Ancaman Baru Selain Covid, China-India-RI Kena Imbas!