
Dunia Tolong, Double Krisis Segera Hantam Afghanistan

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis ekonomi di Afghanistan telah berkembang menjadi sebuah bencana kemanusiaan. Hal ini ditegaskan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dalam pernyataan terbarunya Senin (11/10/2021).
PBB meminta dunia segera turun tangan. Bahkan menghimbau negara-negara dunia dan organisasi internasional mengambil langkah untuk membantu negara itu.
Mengutip Reuters, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan bahwa saat ini 18 juta orang di negara Asia Tengah itu sedang terancam oleh kelaparan hebat. Pasalnya bank mulai kehabisan uang, pegawai negeri belum dibayar, dan harga pangan melonjak drastis.
"Saya mendesak dunia untuk mengambil tindakan dan menyuntikkan likuiditas ke dalam ekonomi Afghanistan untuk menghindari keruntuhan," katanya dikutip Selasa (12/10/2021).
Selain itu, ia juga mengalamatkan kritiknya terhadap kelompok Taliban yang baru saja menguasai negara itu. Ia menyebut bahwa Taliban, yang melarang wanita untuk bekerja, telah membuat hambatan baru yang menutup peluang negara itu untuk bangkit dari krisis.
"Tidak ada cara untuk memulihkan ekonomi jika Taliban terus melarang perempuan bekerja," tambahnya seraya menyerukan bahwa tindakan apa pun harus menghindari penyaluran uang tunai melalui kelompok itu.
Tak hanya di sektor pangan, sektor kesehatan negara itu juga sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kolaps. Saat ini faskes negara itu dilaporkan mulai penuh sesak diisi oleh pasien yang membutuhkan obat-obatan dan perawatan.
"Kami kekurangan segalanya. Kami membutuhkan dua kali lipat peralatan, obat-obatan, dan staf," kata Mohammad Sidiq, kepala departemen pediatrik di rumah sakit Mirwais di selatan kota Kandahar. RS itu itu sendiri sudah mengalamiover capacitysebesar 100%.
Situasi ekonomi di negara itu semakin kacau bahkan sejak Taliban berkuasa. Sebelumnya sekitar setengah dari populasi bergantung pada bantuan. Dengan berkuasanya Taliban, masyarakat Afghanistan diprediksi akan semakin kesusahan karena banyak bantuan internasional dan aset-aset luar negeri milik negara itu yang dibekukan sementara.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Alasan PBB Warning Taliban, Ramal Kehancuran Afghanistan
