
Ini Alasan PBB Warning Taliban, Ramal Kehancuran Afghanistan

Jakarta, CNBC Indonesia - Afghanistan kini terancam kehancuran total. Tidak hanya sosial tapi juga ekonomi.
Hal ini terungkap dalam Rapat Dewan Keamanan PBB, Kamis (9/9/2021). Utusan khusus PBB itu Afghanistan Deboraj Lyons menegaskan ini di depan 15 negara anggota.
Mengapa demikian?
Ini terkait dibekukannya aset miliaran dolar milik negeri itu yang disimpan di negeri Barat. Hal tersebut diyakini memicu kemerosotan ekonomi yang parah dan mendorong jutaan lebih warga dalam kemiskinan serta kelaparan.
Ia mengatakan harus ada jalan yang dibuka agar uang itu mengalir ke Afghanistan. Namun pengamanan maksimal harus dilakukan agar tidak disalahgunakan.
"Ekonomi harus dibiarkan bernafas selama beberapa bulan," katanya kepada Dewan Keamanan PBB, Kamis (9/9/2021) dikutip Reuters.
"Memberi Taliban kesempatan untuk menunjukkan fleksibilitas dan keinginan tulus untuk melakukan hal-hal berbeda kali ini, terutama tentang ham, gender dan kontra terorisme."
Ucapan Lyons tidak main-main, sejumlah badan memang telah menyetop dana untuk negeri itu. Bank Dunia (World Bank) telah menangguhkan bantuan dana ke Afghanistan Agustus lalu.
"Kami telah menghentikan pencairan dana dalam operasi kami di Afghanistan dan kami memantau dan menilai situasi dengan cermat," kata juru bicara Bank Dunia kepada AFP.
Bank Dunia memiliki lebih dari dua lusin proyek pembangunan yang sedang berlangsung di Afghanistan. Badan ini telah menyediakan US$ 5,3 miliar atau setara Rp 76,3 triliun (asumsi Rp 14.400/US$) sejak tahun 2002, sebagian besar dalam bentuk hibah.
Dana Moneter Internasional (IMF) juga menangguhkan operasi dengan negara itu. Ini termasuk program pinjaman US$ 370 juta atau (Rp 5,3 triliun) yang ada, serta US$ 340 juta (Rp 4,8 triliun) untuk Kabul yang akan diterima dari Special Drawing Rights (SDR), serta sekeranjang mata uang pemberi pinjaman.
Mantan gubernur bank sentral Aghanistan Ajmal Ahmady juga mengatakan di Twitter bahwa Taliban akan sulit menjangkau aset di Da Afghanistan Bank (DAB), yang memiliki cadangan sekitar US$ 9 miliar (Rp 129 triliun). Karena sebagian besar aset itu disimpan di luar negeri dan di luar jangkauan Taliban.
"Sesuai standar internasional, sebagian besar aset disimpan dalam aset yang aman dan likuid seperti Treasuries dan emas," kata Ahmady setelah Taliban berkuasa 15 Agustus.
"Federal Reserve (The Fed) AS memegang US$ 7 miliar (Rp 100 triliun) dari cadangan negara, termasuk US$1,2 miliar (Rp 17 triliun) dalam bentuk emas. Sementara sisanya disimpan di rekening asing termasuk di Bank for International Settlements yang berbasis di Basel," tambahnya.
Seorang pejabat pemerintah AS juga telah mengonfirmasi ini. Bahwa setiap aset bank sentral yang dimiliki pemerintah Afghanistan di AS tidak akan diberikan kepada Taliban.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh! Taliban Wajibkan Perempuan Afghanistan Pakai Cadar
