
Apa Kabar Damai Dagang AS & China?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Republik Rakyat China menegaskan akan meminta pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk menghilangkan tarif yang dikenakan terhadap produk Negeri Tirai Bambu pada pembicaraan antara pejabat tinggi perdagangan dalam waktu dekat. Pertemuan ini pun dilihat Negeri Paman Sam sebagai ujian keterlibatan bilateral antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.
Dilansir dari Reuters, digelar diskusi virtual antara Perwakilan Dagang AS Katherine Tai dan Wakil Perdana Menteri China Liu He untuk menindaklanjuti pernyataan AS tentang melakukan pembicaraan yang terbuka antara dua pihak. AS berkeinginan menahan China pada komitmennya di bawah kesepakatan perdagangan 'Fase 1' yang dinegosiasikan oleh mantan Presiden Donald Trump.
"Pihak China merundingkan pembatalan tarif dan sanksi dan mengklarifikasi posisinya pada model pembangunan ekonomi dan kebijakan industri China," kata kantor berita negara China Xinhua, Minggu (10/10/2021).
Pejabat USTR mengatakan, Katherine bermaksud menggunakan pertemuan tersebut untuk menguji apakah keterlibatan bilateral dapat mengatasi keluhan AS tentang praktik perdagangan dan subsidi Beijing.
"Duta Besar Katherine dan Wakil Perdana Menteri Liu meninjau implementasi Perjanjian Ekonomi dan Perdagangan AS-China dan sepakat bahwa kedua belah pihak akan berkonsultasi mengenai isu-isu tertentu yang luar biasa," kata USTR dalam sebuah pernyataan.
USTR mengatakan Katherine akan memberi Liu evaluasi terhadap kinerja China dalam mengimplementasikan kesepakatan Fase 1. Salah satunya, pembelian barang-barang AS yang dijanjikan yang tidak mencapai target.
Ditanya tentang kekurangan tersebut, Duta Besar China untuk AS, Qin Gang mengatakan sebelumnya bahwa Beijing selalu menepati janjinya dalam hubungan antarnegara. Dia mengatakan Beijing telah dengan tulus dan mantap menerapkan perjanjian itu, meskipun ada tantangan serius yang ditimbulkan oleh pandemi.
Sementara itu, pemerintah China menyalahkan AS karena bertindak pada saat yang sama untuk memberlakukan hambatan dan pembatasan pada perusahaan-perusahaan Negeri Tirai Bambu di Negeri Paman Sam.
Pernyataan Katherine dinilai akan memicu perhatian dan kekhawatiran tentang praktik ekonomi nonpasar China.
"Kami menyadari bahwa Beijing semakin eksplisit bahwa mereka menggandakan pendekatan otoriter negara-sentris dan menolak untuk mengatasi masalah struktural kami," kata pejabat itu. "Akibatnya, Washington akan fokus pada peningkatan daya saing AS, diversifikasi pasar dan membatasi dampak dari praktik berbahaya Beijing."
Kesepakatan Fase 1 pada Januari meredakan perang tarif yang berlangsung lama antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia. Sebagian besar berfokus pada janji China untuk meningkatkan pembelian pertanian AS dan barang-barang manufaktur, energi dan jasa sebesar US$ 200 miliar selama dua tahun.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tiba-tiba Trump Muncul di Ohio AS: Kita akan Merebut Kongres!