
Negara-Negara Beralih ke EBT Kena Krisis, RI Harus Hati-Hati!

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis energi menghantam beberapa negara di dunia, termasuk Eropa. Salah satu penyebab krisis energi adalah tingginya harga gas yang berdampak pada ongkos produksi listrik. Juga melemahnya pasokan energi baru terbarukan (EBT).
Ongkos produksi listrik dari gas masih kalah murah daripada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara. Dengan demikian, PLTU kembali dimanfaatkan karena lebih ekonomis. Padahal di sisi lain Eropa adalah negara yang paling getol mendorong transisi energi.
Melihat hal ini, Indonesia dinilai perlu mengambil pelajaran dari kejadian krisis energi tersebut.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro berpandangan bahwa beberapa negara yang mengalami krisis adalah negara yang memaksakan diri melakukan transisi ke energi terbarukan lebih cepat.
"Jika dicermati, negara-negara yang mengalami krisis energi adalah yang terpantau memaksakan diri untuk melakukan transisi energi lebih cepat," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, dikutip, Kamis (07/10/2021).
Lebih lanjut dia mencontohkan, Inggris yang saat ini mengalami krisis energi sebelumnya adalah negara yang tegas menyampaikan akan meninggalkan batu bara. Begitu juga dengan China yang tegas akan mempercepat target transisinya.
"Saya kira pelajaran berharganya adalah bahwa Indonesia harus hati-hati dalam melaksanakan kebijakan transisi energi," tegasnya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, jika krisis energi yang terjadi di Inggris benar, maka bisa dijadikan pelajaran bagi RI.
Pelajaran yang bisa dipetik yakni terkait menjaga keandalan sistem ketenagalistrikan. Menurutnya, keandalan sistem ketenagalistrikan harus bisa direncanakan secara komprehensif, termasuk juga langkah-langkah mengantisipasinya atas segala kemungkinan yang terjadi.
"Kejadian di Inggris menjadi pelajaran (kalau memang itu betul), bahwa keandalan sistem ketenagalistrikan harus direncanakan secara komprehensif termasuk mengantisipasinya," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Senin (27/09/2021).
Indonesia saat ini dia sebut sedang mempersiapkan transisi dari energi fosil ke Energi Baru Terbarukan (EBT). Selain memperhatikan isu keandalan, menurutnya di dalam proses mengembangkan energi berbasis EBT juga harus memperhatikan isu keekonomian proyek.
"Itu yang sekarang sedang disiapkan oleh Indonesia, bagaimana mengembangkan energi bersih berbasis EBT," ujarnya.
Dadan mengatakan, pemerintah juga mempertimbangkan bauran energi baru terbarukan dengan energi fosil, mengingat beberapa jenis EBT sangat tergantung pada cuaca.
"Peningkatan interkoneksi, smart grid dan pemanfaatan teknologi lainnya termasuk energy storage menjadi aspek penting untuk menjamin suksesnya pengembangan EBT secara nasional," lanjutnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Krisis Energi Menghantam Inggris, China, Hingga India
