Krisis Energi di Mana-mana, Awas Pemadaman Listrik Bergilir

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
09 October 2021 15:35
Krisis Energi Melanda Inggris, China, Hingga India
Foto: Krisis Energi Melanda Inggris, China, Hingga India

Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia menghadapi masalah baru, yakni krisis energi. Sejumlah negara di Eropa melaporkan kejadian ini makin gawat, bahkan bisa terancam tidak punya listrik selama musim dingin.

Ini karena harga gas alam yang terus mengalami kenaikan. Misalnya sejak Januari harganya naik 250% dan patokan regional melonjak 500% sepanjang tahun.

Kenaikan harga ini disebabkan atas permintaan tinggi dan pasokan terbatas. Padahal wilayah itu begitu bergantung atas penggunaan gas dan mulai meninggalkan batu bara karena tekanan menuju 'energi bersih'.

Rusia salah satu pemasok gas terbesar di Eropa tercatat sebanyak 43,4%. Presiden Vladimir Putin mengatakan soal kemungkinan peningkatan pasokan.

"Mari kita pikirkan kemungkinan peningkatan pasokan di pasar, hanya saja kita perlu melakukannya dengan hati-hati," kata Putin dikutip Financial Times, Sabtu (9/10/2021).

Sebagai informasi, Eropa bergantung atas impor gas alam yang datang dari luar blok yang disebabkan menurunnya produksi dalam negeri. Laporan kantor statistik Eurostat mengatakan Eropa harus mengimpor hampir 90% gas alamnya dari luar blok tahun 2019, salah satunya berasal dari Rusia.

Eropa juga berusaha untuk mencari solusi dari masalah ini. Melansir Reuters, salah satu proposal berisi 27 negara Uni Eropa membuat cadangan gas strategis dalam rangka pasokan gas untuk meningkat.

Gagasan itu sedang dianalisa oleh Komisi Eropa. Sementara itu empat negara disebutkan mendukung proposal namun masih ada negara yang waspada dalam penerapan reformasi pasar utama untuk mengatasi yang mungkin menjadi lonjakan harga jangka pendek.

Di Inggris, para pengusaha mulai mengeluh terutama saat biaya energi menjadi sangat tinggi. Kelompok Penggua Intensif Energi Inggris (EIUG) telah meminta regulator Ofge mengatasi kenaikan harga tersebut.

"Masalahnya bukan hanya apakah pasokan gas dan listrik akan tersedia tetapi juga salah satunya terkait harga. Industri padat energi bisa saja dikeluarkan dari pasar," kata EIUG dalam sebuah pernyataan seperti dilaporkan Reuters.

Harga listrik musim dingin ini akan melampui tahun lalu karena harga gas naik. Tarif listrik rumahan saat ini telah mencapai 475 pound atau Rp 9,3 juta.

Bukan hanya Eropa, China juga mengalami nasib yang sama. Pemerintah setempat bahkan harus melepas stok batu bara Australia untuk mengatasi masalah ini.

"Batu bara Australia yang tertahan di pelabuhan China mulai dikeluarkan pada akhir bulan lalu. Walau beberapa kargo adalah batu bara Australia yang sebelumnya dikirim melalui India," ungkap salah seorang trader di bagian timur China, dikutip dari Reuters.

Hubungan Canberra-Beijing sempat tegang karena tudingan Australia untuk China bertanggung jawab atas pandemi Covid-19. Alhasil ini juga berdampak pada aspek perdagangan dan membuat China tak mau membeli batu bara dari Australia, yang sebelumnya jadi pemasok terbesar di negara itu.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Situasi Memburuk, Krisis Energi Mulai Ancam Daratan Eropa!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular