Airlangga: RI Kuasai 55% Sawit Dunia, Biofuel Harus Digas!
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia adalah negara terbesar yang menguasai pasar sawit dunia hingga 55%.
Melihat potensi besar ini, maka pemerintah mendorong agar pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN) terus digencarkan.
Dalam "Seremoni Keberhasilan Uji Terbang Pesawat CN235-220 FTB Menggunakan Campuran Bahan Bakar Bioavtur 2,4% (J2.4)", Rabu (06/10/2021), dia mengatakan sawit berkontribusi pada penyerapan tenaga kerja sebesar 16 juta orang dan berkontribusi pada ekspor sebesar 15,6%.
"Sebagai sumber energi bersih dan terbarukan, B30 berkontribusi turunkan gas rumah kaca 23,3 juta ton CO2 di 2020 dan pengurangan impor solar. Penghematan devisa implementasi B30 US$ 8 miliar. Pemerintah dorong B30 tahun ini 9,2 juta kilo liter (kl)," ungkapnya.
Kemudian, di sisi pemanfaatan lahan, sawit jauh lebih efisien dari komoditas pesaing lainnya. Airlangga merinci, untuk memproduksi 1 ton sawit dibutuhkan lahan 0,3 ha. Sementara rapeseed oil 1,3 ha, sunflower oil 1,5 ha, dan soybean oil seluas 2,2 ha.
"Indonesia adalah negara besar, terbesar yang kuasai 55% pasar sawit dunia dan dibandingkan komoditas pesaing, sawit lebih efisien," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan Indonesia berkomitmen di dalam menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29% dengan usaha sendiri dan 41% dengan dukungan internasional. Salah satu upaya Indonesia dalam mendorong transisi energi adalah melalui pengembangan biofuel.
"Transisi energi melalui pembangunan biofuel, industri berbasis baterai lithium, dan implementasi kendaraan listrik," paparnya.
Salah satu pemanfaatan BBN adalah melui bioavtur, di mana saat ini PT Pertamina (Persero) sudah berhasil memproduksi bioavtur 2,4% atau Jet Avtur 2,4 (J2.4). Airlangga menyebut pangsa pasar dari bioavtur J2.4 diperkirakan mencapai Rp 1,1 triliun.
"Pangsa pasar J2.4 diperkirakan mencapai Rp 1,1 triliun," ungkapnya.
Menurutnya dengan kebijakan dari pemerintah yang telah memberikan super deduction tax, maka kegiatan ini bisa mendapatkan inovasi tax terhadap korporasi yang memberikan sponsor seperti PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI dan PT Pertamina (Persero).
"Dan pemerintah bisa berikan sampai 300% oleh karena itu clearing dari Ristek BRIN," paparnya.
(wia)