Andai Komersial, Avtur dari Sawit 2,4% Bisa Raup Rp 1,1 T

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
06 October 2021 15:32
SEREMONI KEBERHASILAN UJI TERBANG PESAWAT CN235 MENGGUNAKAN CAMPURAN BAHAN BAKAR BIOAVTUR 2,4%/ Youtube : Kementerian ESDM
Foto: SEREMONI KEBERHASILAN UJI TERBANG PESAWAT CN235 MENGGUNAKAN CAMPURAN BAHAN BAKAR BIOAVTUR 2,4%/ Youtube : Kementerian ESDM

Jakarta, CNBC Indonesia - Uji terbang pesawat menggunakan campuran bahan bakar avtur berbasis minyak inti sawit 2,4% atau Jet Avtur 2,4 (J2.4) sukses dilakukan pada pagi ini, Rabu (06/10/2021).

Bila dikembangkan secara komersial, maka pangsa pasar bioavtur J2.4 ini diperkirakan bisa mencapai Rp 1,1 triliun dengan asumsi perkiraan konsumsi avtur harian sekitar 14 ribu kilo liter (kl).

Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam "Seremoni Keberhasilan Uji Terbang Pesawat CN235-220 FTB Menggunakan Campuran Bahan Bakar Bioavtur 2,4% (J2.4)", Rabu (06/10/2021).

"Pangsa pasar J2.4 diperkirakan mencapai Rp 1,1 triliun," ungkap Airlangga.

Menurutnya, dengan kebijakan dari pemerintah yang telah memberikan super deduction tax, maka kegiatan ini bisa mendapatkan inovasi tax terhadap korporasi yang memberikan sponsor seperti PT Dirgantara Indonesia (Persero) (PTDI) dan PT Pertamina (Persero).

"Dan pemerintah bisa berikan sampai 300%. Oleh karena itu, perlu clearing dari Ristek BRIN," ujarnya.

Dia mengatakan, Indonesia patut berbangga bisa menyaksikan keberhasilan anak bangsa di dalam memproduksi J2.4 yang telah diuji terbangkan dengan menggunakan Pesawat CN235-220 FTB milik PTDI hari ini.

"Kami apresiasi tenaga ahli ITB, Pertamina, PTDI, GMF, Kementerian ESDM, Kemenhub dan didukung oleh BPDPKS dan kolaborasi baik perguruan tinggi, industri, dan pemerintah implementasikan program J2,4," paparnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, keberhasilan uji coba ini memberikan kepercayaan pada kemampuan Indonesia di dalam menggunakan memanfaatkan sumber daya domestik, kemampuan ilmu pengetahuan, dan teknologi.

"Karena Indonesia sebagai produsen terbesar perlu inovasi penggunaan minyak kelapa sawit. Pengembangan biodiesel, bioavtur, dan lanjutkan program D100," lanjutnya.

Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, ini merupakan upaya mendorong percepatan energi baru terbarukan (EBT) dan pengurangan emisi gas rumah kaca pada transportasi udara.

Dia mengatakan, berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No.12 tahun 2015, pencampuran Bahan Bakar Nabati (BBN) pada avtur ditargetkan mencapai persentase 3% pada 2020, dan pada 2025 ditingkatkan lagi menjadi 5%.

"Namun implementasi bioavtur sampai saat ini belum berjalan. Adanya kendala ketersediaan produk bioavtur dan proses teknologi dan keekonomian menjadi penyebab belum berjalannya bioavtur ini," tuturnya.

Dia memaparkan, serangkaian uji teknis dilakukan pada 8-10 September 2021 dan hari ini dilakukan penerbangan perdana menggunakan Bahan Bakar Nabati (BBN) menggunakan bioavtur J2.4 ini.

"Hari ini kita telah melihat sejarah baru yakni penerbangan perdana yang menggunakan Bahan Bakar Nabati yang kita tunggu selama ini. Pagi ini dari Bandung- Jakarta dengan Bahan Bakar Nabati," tuturnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mimpi RI: Bisa Produksi Avtur dari Minyak Sawit 100%!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular