Sukses di 2,4%, Pertamina akan Produksi Avtur Campuran CPO 5%

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
06 October 2021 17:52
Pertamina Uji Coba Green Diesel di Kilang Cilacap (Dok. Pertamina)
Foto: Pertamina Uji Coba Green Diesel di Kilang Cilacap (Dok. Pertamina)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) bersama Institut Teknologi Bandung (ITB) sudah berhasil memproduksi bioavtur 2,4% atau yang dinamakan Jet Avtur 2,4 (J2.4).

Tidak berhenti di J2.4, Pertamina akan segera memproduksi bioavtur 5% atau J5.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam acara "Seremoni Keberhasilan Uji Terbang Pesawat CN235-220 FTB Menggunakan Campuran Bahan Bakar Bioavtur 2,4% (J2.4)", Rabu (06/10/2021).

Bioavtur ini merupakan produksi avtur dari minyak inti sawit refined bleached degummed palm kernel oil (RBDPKO) dengan menggunakan katalis "merah putih" buatan ITB dicampur dengan kerosene (co-processing) di Kilang Cilacap Pertamina. Khusus J2.4 artinya, campuran RBDPKO di kilang co-processing ini mencapai 2,4%.

"Pertamina sudah menjalankan program B30 mulainya dari 2,5% dan hari ini semua mandatori B30, secara teknis kilang sudah bisa B100. Produk kedua yakni avtur mulai 2,5%, setelah turn around (perawatan) Kilang Cilacap, bisa tingkatkan jadi 5% dalam waktu dekat bisa diproduksi J5," kata Nicke dalam konferensi pers, Rabu (06/10/2021).

Nicke mengakui pengembangan dari bioavtur ini cukup terlambat, sehingga diharapkan peningkatan akan bisa dilakukan dengan lebih cepat. Dengan demikian, ini bisa mengurangi ketergantungan impor.

"Kurangi ketergantungan pada impor, meski solar dan avtur nggak impor sejak Mei 2019, kan dengan kurangi, bisa produksi yang lain," lanjutnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, peran Pertamina dengan katalis yang dihasilkan oleh ITB adalah menyediakan kilang untuk uji coba dan produksi. Setelah itu, akan dijual dalam bentuk produk.

"Ini akan dijual dalam produk, sekarang biodiesel, nanti akan sama ada produk bioavtur setelah tahapan-tahapan dan perizinan," jelasnya.

Dia menjelaskan, latar belakang Pertamina mengembangkan bioavtur adalah berdasarkan pada komitmen Indonesia di Perjanjian Paris untuk menurunkan karbon emisi dan mencapai net zero emisi pada 2060. Kemudian, ini diterjemahkan pada penurunan emisi karbon 29% pada 2030. Oleh karena itu, perseroan mencari alternatif sumber energi primer lainnya yang ada di Indonesia.

"Dalam kerangka ini, Pertamina ikut mendukung ke arah sana, dari UU energi yang harus dicapai bukan hanya ketahanan energi saja, tapi juga kemandirian energi," tuturnya.

Kemudian, di dalam Peraturan Menteri ESDM No.12 tahun 2015, pencampuran Bahan Bakar Nabati (BBN) pada avtur ditargetkan mencapai persentase 3% pada 2020, dan pada 2025 ditingkatkan lagi menjadi 5%.

"Kita lakukan bertahap dengan dasar ini Pertamina sebagai BUMN harus mendukung program-program pemerintah, sudah mulai sudah B30 mulainya dari 2,5% dan hari ini semua mandatori gunakan B30 secara teknis kilang kita bisa B100. Produk bioavtur juga akan kita tingkatkan secara bertahap," tuturnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Andai Komersial, Avtur dari Sawit 2,4% Bisa Raup Rp 1,1 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular