Ancaman Jakarta Tenggelam, Penjualan Properti Utara DKI Aman?

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
06 October 2021 16:37
Suasana Proyek pembangunan PIK2 dikawasan di Dadap, Kosambi, Tangerang, Banten, Rabu, (4/8) Proyek PIK2  ternyata mulai terlihat progresnya. Proyek kota baru yang dibangun seolah 'senyap' ini terhubung dengan jembatan megah dengan pulau reklamasi Pulau C dan D di Kamal Muara Jakarta Utara.
Proyek kota baru pinggir Jakarta ini sudah dikerjakan sejak 2018 ini begitu pesat perkembangannya. Kini berbagai fasilitas sedang dikerjakan dan sebagian sudah selesai, antara lain yang fenomenal barisan pantai berpasir putih di kawasan Dadap. Kawasan ini akan disulap menjadi pusat kegiatan bisnis dan hunian, mencakup rumah, apartemen, kavling rumah, kavling komersial, ruko, soho, gudang. Dahulu kawasan ini hanya rawa-rawa dan tambak-tambak ikan tepi pantai yang kosong tanpa bangunan, tapi dalam waktu dekat disulap jadi kota baru. Salah satu ikonnya adalah tower perkantoran 29 lantai Multikon Menara Syariah.
Pengembangan ini adalah Agung Sedayu Group, dalam laman resminya, dikutip Rabu (3/8/2021) perusahaan menyebutkan kawasan yang mereka kembangkan PIK2 sebagai
Foto: Suasana proyek pembangunan PIK 2 di kawasan di Dadap, Kosambi, Tangerang, Banten, Rabu, (4/8/2021). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Colliers Indonesia menilai kabar Jakarta tenggelam yang ditandai penurunan muka tanah 10 - 12 cm setiap tahun tidak berpengaruh pada penjualan properti di utara ibu kota. Hal itu tampak pada minat pembelian properti di daerah itu tidak turun, begitu juga harga tanah yang masih mahal.

Director Advisory Sales Colliers Indonesia Monica Koesnovagril mengatakan, penurunan muka tanah ibu kota sudah menjadi isu lama yang diketahui masyarakat luas. Namun, minat untuk bermukim di daerah utara Jakarta masih besar.

"Banyak orang yang beli juga. Banyak hal yang tidak pasti apakah di masa depan orang dari utara pindah ke selatan karena isu ini. Itu masih sumir ya masih sangat awal asumsinya," kata Monica dalam diskusi daring, Rabu (6/10/2021).

Menurut Monica, bukti meningginya permukaan air laut pada daerah utara ini terlihat dari penggunaan air tanah. Di mana masyarakat daerah itu harus membeli air konsumsi atau air olahan.



Namun, menurut dia, sudah banyak pengembang perumahan mempersiapkan infrastruktur melalui teknologi pengolahan air, hingga meninggikan muka tanah melalui pengerukan. Sehingga harga tanah pada daerah itu menjadi lebih mahal.

"Saya lihat perumahan di utara mahal karena infrastrukturnya juga mahal. Mereka (pengembang) mengatasi ini dengan teknologi pengolahan, pengerukan tanah dan lain lain. Aman atau tidak lihat lagi cost and benefit-nya," katanya.

Senior Associate Director Research Colliers Indonesia Ferry Salanto mengatakan, banyak aspek yang membuat orang mau bertahan di kawasan hunian. Seperti lokasi strategis dan komunitas.

"Kita lihat di Kelapa Gading tiap tahun banjir, tapi orang gak kapok tinggal di sana. Tapi memang mau tidak mau harus meningkatkan infrastrukturnya supaya tidak terlalu parah," katanya.

Menurut Ferry, harga properti di utara Jakarta masih tetap tinggi, meski diterpa isu lingkungan seperti penurunan meningkatnya permukaan air, hingga banjir.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Isu Jakarta Tenggelam Tak Pengaruhi Bisnis Properti Utara DKI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular