Internasional

Malaysia 'Ngamuk' ke China sampai Panggil Dubes, Ada Apa?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
05 October 2021 13:05
A Malaysian national flag is on display in front of the prime minister's office building in Putrajaya, Malaysia Friday, March 20, 2020. Malaysian government issued a movement order to the public starting from March 18 until March 31 to block the spread of the new coronavirus. For most people the new coronavirus causes only mild or moderate symptoms, but for some it can cause more severe illness. (AP Photo/Vincent Thian)
Foto: Kantor perdana menteri Malaysia di Putrajaya, Malaysia. (AP Photo/Vincent Thian)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Malaysia memanggil Duta Besar China untuk Kuala Lumpur Senin (4/10/2021). Langkah ini dilakukan Kuala Lumpur untuk menyatakan protesnya terhadap masuknya kapal-kapal Beijing ke perairannya di Laut China Selatan (LCS).

Kementerian Luar Negeri Malaysia dalam sebuah pernyataan menyebut bahwa Kapal China itu seringkali memasuki Zona Ekonomi Eksklusif Malaysia. Tepatnya di lepas pantai negara bagian timur Sabah dan Sarawak.

"Posisi dan tindakan Malaysia yang konsisten didasarkan pada hukum internasional, dalam membela kedaulatan dan hak berdaulat kami di perairan kami," ujar kementerian Malaysia itu dikutip Reuters, Selasa (5/10/2021).

"Dalam menentukan posisi dan tindakan Malaysia terkait dengan masalah Laut China Selatan, yang kompleks dan melibatkan hubungan antarnegara, kepentingan nasional Malaysia akan tetap menjadi yang terpenting," tambahnya.

Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Ismail Sabri Yakoob mengatakan bahwa Negeri Jiran tidak akan berkompromi dengan siapapun yang berusaha mengganggu kedaulatan negaranya. Ia juga menambahkan bahwa Malaysia telah memperkuat keamanannya dari potensi ancaman yang timbul di wilayah LCS.

"Tentunya pemerintah sudah lama memperhatikan keamanan dan pertahanannya. Bahkan anggaran kita tahun lalu meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena kedaulatan negara tidak bisa dikompromikan," katanya.

LCS merupakan jalur penting untuk sebagian besar pengiriman komersial dunia dengan beberapa negara terletak di bibir lautan itu seperti Brunei, Kamboja,China, Indonesia,Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Lautan itu diyakinis ebagai lautan yang kaya hasil alam, terutama migas dan ikan.

China bersikukuh mengklaim sekitar 90% dari lautan itu dalam apa yang disebut sebagai "sembilan garis putus-putus" dimana mencakup area seluas sekitar 3,5 juta kilometer persegi (1,4 juta mil persegi). Klaim tersebut telah menimbulkan ketegangan politik dunia akan perang terbuka yang mungkin saja terjadi karena konflik teritorial ini.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 16 Pesawat China Berkeliaran di LCS, Malaysia Meradang!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular