Tak Cuma Singapura, 3 Negara Asia Ini Juga Kena 'Resesi Seks'

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
Sabtu, 02/10/2021 13:00 WIB
Foto: Warga Korea Selatan membawa obor dan bendera nasional ketika mereka berbaris di jalan selama upacara peragaan ulang Hari Gerakan Kemerdekaan Pertama Maret, peringatan pemberontakan 1919 melawan pemerintahan kolonial Jepang, di Cheonan, Korea Selatan, Kamis, 28 Februari, 2019. (AP / Lee Jin-man)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas masyarakat di beberapa negara Asia sedang mengalami resesi seks. jurnalis senior CNBC International AS Jake Novak menulis fenomena tersebut adalah menurunnya mood untuk menikah dan melakukan hubungan seksual.

Resesi sendiri artinya merupakan kemerosotan. Dalam istilah ekonomi, resesi dipakai saat terjadi pertumbuhan negatif dua kuartal berturut-turut dalam satu tahun.


Di sejumlah negara, resesi seks kini muncul sebagai dampak dari sejumlah soal. Covid-19 juga menjadi salah satu biang keladi yang mengganggu rencana pasangan untuk menikah dan menjadi orang tua.

Perubahan iklim (climate change) juga dikatakan memperburuk fenomena ini. Kedua 'ancaman' dunia ini makin membuat banyak orang menunda kehamilan dan mendapatkan anak.

Fenomena ini tidak hanya terjadi di negara-negara Barat, tetapi juga di wilayah Asia. Berikut deretan negara yang mengalami fenomena ini, sebagaimana dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber.

Korea Selatan (Korsel)

Fenomena resesi seks di Korsel tidak terjadi baru-baru ini, ketika pandemi melanda dunia, tetapi memang sudah sejak lama. Ini terjadi karena banyak faktor.

Di Korsel sudah ada persatuan wanita yang menolak norma patriarkal dan bersumpah untuk tidak menikah. Mereka bahkan berjanji tak mau punya anak bahkan berkencan dan berhubungan seksual.

Kelompok feminis itu bernama '4B' atau 'Four Nos', yang merupakan kepanjangan dari 'no dating, no sex, no marriage, and no child-rearing', yang artinya adalah tidak berkencan, tidak melakukan seks, tidak menikah, dan tidak mengasuh anak.

Menurut laporan, satu dekade lalu, hampir 47% wanita Korea yang lajang dan belum menikah mengatakan bahwa mereka menganggap pernikahan itu perlu. Namun sejak 2018, jumlahnya turun menjadi 22,4%.

Sementara itu, jumlah pasangan yang menikah merosot menjadi 257.600 pasangan saja, turun dari 434.900 pernikahan pada tahun 1996. Akibat hal ini, Korsel terancam menghadapi bencana demografis yang membumbung tinggi.

Saat ini, tingkat kesuburan total di Korsel turun menjadi 0,98 pada tahun 2018. Persentase ini jauh di bawah 2,1% yang dibutuhkan untuk menjaga populasi tetap stabil.

Pemerintah memperkirakan populasi Korsel yang saat ini di angka 55 juta, akan turun menjadi 39 juta pada tahun 2067. Pada tahun itu, setengah dari populasi negara tersebut akan berusia 62 tahun atau lebih.


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Covid-19 Kian Dianggap Biasa, Masyarakat Diminta Tetap Waspada

Next Page
China
Pages