Internasional

Singapura Terinfeksi 'Resesi Seks', Waspada Ekonomi Terganggu

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
01 October 2021 17:10
Lonjakan kasus Covid-19 di Singapura. (REUTERS/EDGAR SU)
Foto: Lonjakan kasus Covid-19 di Singapura. (REUTERS/EDGAR SU)

Jakarta, CNBC Indonesia - Singapura mengalami fenomena 'resesi seks'. Hal ini terlihat dari rendahnya angka pernikahan dan kelahiran anak di negara pusat finansial Asia itu.

Jumlah pernikahan di negara itu turun drastis ke level terendah dalam 34 tahun terakhir. Sementara jumlah angka kelahiran juga tergelincir ke level terendah selama tujuh tahun.

Fenomena 'resesi seks' ini rupanya dapat menyebabkan depresi ekonomi. Ini bisa menjadi masalah serius untuk berbagai sektor mulai ritel hingga real estat.

"Penurunan tingkat seks dan tingkat pernikahan jelas terkait ... tidak perlu menjadi jenius ekonomi untuk mengetahui bahwa lebih sedikit pernikahan dan anak-anak melemahkan permintaan ekonomi secara keseluruhan," ujar Jake Novak analis dari Jake Novak News dimuat CNBC International.

Beberapa ahli fokus pada fakta bahwa generasi Milenial berurusan dengan utang pinjaman yang terus meningkat. Ini membuat realitas ekonomi mereka jauh lebih buruk daripada ketika generasi sebelumnya seusia mereka.

Mengutip Channel News Asia (CNA), sebelumnya ada 19.430 pernikahan tahun lalu. Jumlah ini turun 12,3% dari tahun sebelumnya 22.165.

Ini juga jadi catatan terendah sejak 1986, ketika ada 19.348 pernikahan. Covid-19 menjadi biang kerok yang melemahkan hasrat warga untuk menikah dan punya anak.

"Pembatasan pertemuan besar pada tahun lalu bisa menyebabkan pasangan menunda pernikahan mereka," ujar rilis Divisi Kependudukan dan Bakat Nasional Singapura.

Di tahun lalu, median usia pernikahan di Negeri Singa adalah 30 tahun untuk pria dan 28 tahun untuk wanita. Sebanyak 30% pernikahan melibatkan pasangan transnasional tapi ini turun 37% dari 2019.

Bukan hanya pernikahan, pandemi juga menyebabkan berkurangnya keputusan menjadi orang tua. Hanya ada 31.816 kelahiran di negeri itu di 2020 atau 3,1% lebih rendah dibanding sebelumnya, 32.844.

Ini adalah jumlah terendah sejak 2013. Dalam lima tahun 2016-2020, rata-rata ada 32.500 kelahiran, sedikit lebih banyak dari 32.400 dalam lima tahun sebelumnya 2011-2015.

Usia rata-rata ibu yang melahirkan pertama adalah 30,8 di 2020. Ini mirip dengan di 2019, 30,6 tahun.

Badan kependudukan Singapura mengatakan bahwa dalam survei terhadap sekitar 4.000 orang di Juni 2020, beberapa responden mengatakan bahwa mereka telah menunda pernikahan dan menjadi orang tua.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penurunan Populasi Singapura Cetak Rekor Tertinggi Sejak 1950

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular