KPC Raih The Most Sustainable Mining Company 2021
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Kaltim Prima Coal (KPC) yang merupakan anak usaha dari PT Bumi Resources Tbk (BUMI) meraih penghargaan yaitu The Most sustainable Mining Company 2021 dalam ajang CNBC Indonesia Award 2021.
"Terima kasih atas penghargaan yang diberikan CNBC Indonesia, KPC bangga mendapatkan ini. Dengan ini, KPC terpacu tetap menjaga performance sehingga dapat melaksanakan pertambangan yang mengikuti kaidah good mining yang selalu perhatikan efek lingkungan," ujar Acting Chief Executive Officer (CEO) KPC, Ido Hutabarat dalam ajang "The Best Energy and Mining Companies" di Jakarta, Rabu (29/9/2021).
Pada kesempatan tersebut, Ido mengatakan bahwa saat ini dengan semakin adanya perbaikan akibat pandemi, permintaan batu bara semakin meningkat. Meski begitu, permintaan kenaikan memang disebabkan karena produksi China yang seret, sementara pasokan dalam negeri misalnya untuk PLN juga tinggi, mencapai 110 juta ton tahun ini.
"KPC sebagai perusahaan nasional mementingkan kebutuhan dalam negeri. Prioritaskan karena sebagai prerusahaan nasional, luar negeri pun beberapa negara recover. Demand naik, terutama negara di Asia," pungkasnya.
Dalam kajian Tim Riset CNBC Indonesia, PT Kaltim Prima Coal (KPC) merupakan salah satu produsen batu bara yang terus memperbaiki tata kelola penambangannya agar sejalan dengan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola baik (environment, social, and governance/ESG). KPC merupakan produsen batu bara terbesar di Indonesia dengan cadangan batu bara mencapai lebih dari 1 miliar ton.
Volume produksinya mencapai lebih dari 60 juta ton per tahun. Apabila produksi batu bara nasional per tahun mencapai 600 juta ton, maka produksi KPC menyumbang 10%. Uniknya, perseroan berkomitmen memasok produknya untuk kebutuhan lokal dan ekspor secara seimbang.
Perseroan menerapkan sembilan aspek Good Mining Practice (GMP) sebagai kerangka kerja aplikatif, yang bisa diterapkan ke tataran teknis sebagai implementasi dari konsep dasar tata penambangan yang dikeluarkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Terdepan dalam Pengelolaan FABA
Tidak main-main, KPC menjalankan pengelolaan lingkungan bersertifikat ISO 14001 di mana desain tambang dan strategi perencanaan dijalankan dengan mengedepankan aspek lingkungan. Program pemantauan lingkungan dijalankan secara luas dan komprehensif selama penambangan.
Untuk mencegah dan meminimalisir potensi pencemaran lingkungan, prosedur GMP dijalankan mulai dari pengelolaan air asam tambang, pemeliharaan keanekaragaman hati, konservasi air, efisiensi sumber energi, hingga restorasi lahan pascatambang yang telah mencapai 800 hektare.
Di Indonesia, KPC menjadi pelopor pemanfaatan abu dan debu batu bara (Fly Ash Bottom Ash/FABA) menjadi produk bernilai tambah, dari dua pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) mulut tambang (mine mouth) berkapasitas total 36 megawatt (MW) miliknya.
Uji coba pemanfaatan FABA dilakukan sejak tahun 2000, yang berujung pada hasil akhir berupa semen, campura beton, paving block dan substitusi pasir. Terbaru, perseroan sukses mengolah FABA sebagai penudung material berpotensi asam (Potential Acid Forming/PAF).
Uji coba tersebut sukses, di mana FABA berhasil diolah menjadi penghalang difusi oksigen dan materi alkali penetral asam, sehingga limbah batu bara menjadi aman bagi lingkungan karena tidak memicu terciptanya zat asam ketika bersentuhan dengan udara bebas.
Penggunaan FABA sebagai bahan baku PAF tahap awal dimulai November 2018 di Galaxy Dump, area Pinang seluas 2,6 hektare dengan 40.500 ton FABA. Pemanfaatan FABA tahap I tersebut dilanjutkan bahkan ketika pandemi mendera, dann baru selesai pada kuartal I-2020.
Tahun ini, pemanfaatan FABA untuk proyek serupa ditargetkan sebanyak 30.000 ton atau naik dari capaian tahun lalu sebanyak 15.000 ton. Tidak berhenti di situ, KPC juga memanfaatkan FABA sebagai bahan baku campuran dengan rejected coal untuk pembuatan low grade coal.
(yun/yun)