Road to CNBC Indonesia Award

Bos KPC: Harga Batu Bara Rekor, Tapi Masih Energi Termurah!

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
Rabu, 29/09/2021 17:48 WIB
Foto: Ido Hutabarat dalam acara CNBC Indonesia Award 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - Acting Chief Executive Officer (CEO) PT Kaltim Prima Coal (KPC), Ido Hutabarat menegaskan bahwa batu bara masih akan menjadi energi yang murah dan banyak digunakan di negara Asia.

"Prospeknya 20-30 tahun ke depan masih bagus. Sehingga KPC akan tetap mendukung industri batu bara," ujarnya dalam CNBC Indonesia Award "The Best Energy and Mining Companies" di Jakarta, Rabu (29/9/2021).

Menurutnya, penentu dari harga batu bara adalah negeri tirai bambu, China. Menurutnya, kondisi negara tersebut saat ini sedang dalam krisis batu bara. Hal itu dikarenakan, China sedang tidak bisa menaikkan produksinya sehingga banyak impor batu bara ke negara tersebut.


"Impor paling banyak dari Indonesia. krisis listrik di China, situasi belum membaik sampai akhir tahun," tegasnya.

"Saya beranggapan, krisis belum akan selesai. Karena impor dari China yang tinggi. Kemudian India akan juga impor, karena produksi dari dalam negeri tak mencukupi," imbuhnya.

Saat ini, dengan semakin adanya perbaikan akibat pandemi, permintaan batu bara semakin meningkat. Meski begitu, permintaan kenaikan memang disebabkan karena produksi China yang seret, sementara pasokan dalam negeri misalnya untuk PLN juga tinggi, mencapai 110 juta ton tahun ini.

"KPC sebagai perusahaan nasional mementingkan kebutuhan dalam negeri. Prioritaskan karena sebagai perusahaan nasional, luar negeri pun beberapa negara recover. Demand naik, terutama negara di Asia," pungkasnya.

Informasi saja, Krisis listrik parah mengguncang sejumlah wilayah industri China. Akibatnya pemerintah menghadapi tekanan dari warga untuk meningkatkan impor batu bara agar lampu tetap menyala, pabrik tetap buka, dan pasokan air mengalir.

Dilansir dari Reuters, kekurangan listrik akibat pasokan batu bara yang menipis salah satunya terjadi di provinsi Jilin. Ini melumpuhkan sebagian besar industri di wilayah tersebut.

"Beberapa saluran perlu disiapkan untuk menjamin pasokan batu bara, dan China harus mendapatkan lebih banyak dari Rusia, Mongolia dan Indonesia," kata Gubernur Provinsi Jilin, Han Jun.




(yun/yun)