Sederet Strategi Jaga Momentum Kebangkitan Ekonomi Nasional
Jakarta, CNBC Indonesia- Pemulihan ekonomi Indonesia semakin terlihat dengan meningkatnya aktivitas masyarakat, pandemi Covid-19 yang semakin terkendali, perluasan vaksinasi, hingga peningkatan ekspor dan impor. Beberapa sektor potensial seperti telekomunikasi dan infrastruktur turut menjadi pendorong pemulihan ekonomi nasional.
Direktur Utama PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) Edwin Syahruzad mengatakan i pandemi memang tak semua sektor mengalami penurunan. Sebab, untuk beberapa sektor seperti telekomunikasi tetap menjadi primadona. Kemudian sektor infrastruktur masih dianggap potensial.
"Kita lihat sektor air minum, transportasi publik, itu adalah sektor yang potensial untuk dapat meningkatkan layanan publik. Khususnya pemda di perkotaan," kata Edwin dalam Webinar bertajuk "Prospek Ekonomi Indonesia Setelah Lepas dari Resesi", Kamis (23/9/2021).
Adapun sektor lain yang dipandang masih sangat potensial dan strategis adalah terkait dengan perubahan iklim. Misalnya sektor energi terbarukan, solar panel, PLTS atau bahkan geotermal.
"Akan menjadi area yang didalami lebih lanjut agar kita secara bersama-sama bisa menangani efek negatif climate change," tegasnya.
Sementara itu, Chief Economist I Kadek Dian Sutrisna mengatakan pemulihan ini tergantung dari kasus Covid-19 dan vaksinasi. Pada saat pandemi dia menilai indikasi pulihnya ekonomi, tetapi dilihat juga semakin meningkatnya inflasi. Kemudian ada beberapa sektor industri yang bisa menjadi pendorong yakni kesehatan yaitu kimia, farmasi dan obat tradisional. Selain itu adapula Kemudian industri baja dan industri makanan serta minuman.
"Kalau transportasi terdampak. Jika ditelusuri lebih jauh, darat dan udara, untuk trafik tol relatif lebih cepat pulih dibanding udara dan kereta api," tutur Kadek.
Untuk itu dia menegaskan, saat ini adalah momentum perbaikan ekonomi Indonesia di berbagai sektor yang sempat mengalami guncangan. Harapannya, pertumbuhan ini berkelanjutan karena didorong oleh pemulihan kesehatan yang semakin membaik.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Kebijakan APBN BKF Kementerian Keuangan Ubaidi Socheh Hamidi mengatakan di Indonesia pemulihan ekonomi di kuartal II-2021 terlihat sudah merata di komponen pengeluaran, investasi, hingga ekspor impor.
Menurutnya, pemerintah masih menjaga defisit APBN tetap dinamis hingga tahun depan, sehingga pada 2023 defisit APBN bisa kembali di bawah 3%. Ubaidi mengatakan saat ini ketidakpastian masih tinggi, sehingga APBN mencoba fleksibel dan responsif terhadap kondisi yang ada.
"Pemerintah juga akan terus melindungi masyarakat yang terdampak pandemi, dan penanganan pandemi yang sudah cukup baik dari pelajaran varian delta mudah-mudahan bisa digunakan ke depannya," kata Ubaidi.
Efektivitas PPKM pun berperan penting untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi tahun ini. Ubaidi mengatakan dengan kebijakan PPKM, pandemi Covid-19 cukup terkendali dan dampak ekonominya tidak terlalu dalam.
"Saat terjadi PPKM level 4 kami khawatir ekonomi tidak tumbuh baik. Tapi ternyata kondisinya cukup baik, dan pada Juli tetap menunjukan kinerja ekonomi yang baik, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahunan 3,7-4,5%," ungkap Ubaidi.
Kemudian untuk sektor telekomunikasi diperkirakan menjadi salah satu pendorong perekonomian Indonesia di masa pandemi. Direktur dan Chief Financial Officer PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) Helmy Yusman Santoso mengatakan industri telekomunikasi berpotensi tumbuh pesat, terutama dengan peningkatan pengguna internet. Hal ini pun menuntut ketersediaan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia, untuk memperluas jaringan dan meningkatkan kecepatan internet.
"Operator telekomunikasi akan memperluas jaringan dan kualitasnya, maka industri menara tidak mau kalah. Kami akan terus mendukung infrastruktur telekomunikasi untuk mendukung jaringan internet di Indonesia," kata Helmy.
Dia menambahkan sebaran internet atau jaringan telekomunikasi di Indonesia masih belum merata, karena para operator telekomunikasi biasanya akan mengikuti jumlah penggunanya. Di Indonesia, Pulau Jawa masih mendominasi pelanggan sebesar 50%, Sumatera 20%, dan 30% di Kalimantan dan Indonesia Timur.
Dengan pengguna internet di Indonesia masih belum merata, masih ada potensi peningkatan pelanggan dengan perluasan jaringan. Perusahaan pendukung infrastruktur telekomunikasi seperti TBIG pun memiliki kontribusi penting dalam peningkatan penggunaan internet ini. Saat ini TBIG memiliki 19,500 menara yang tersebar di seluruh Indonesia.
"Keberadaan perusahaan menara akan bertumbuh seiring kenaikan permintaan jasa komunikasi," kata Helmy.
(dob/dob)