
Bank Jateng Raih The Most Profitable Regional Bank 2021

Jakarta, CNBC Indonesia- Torehan prestasi gemilang kembali dicatatkan PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jawa Tengah atau Bank Jateng yang menerima penghargaan "The Most Profitable Regional Bank 2021" dalam CNBC Indonesia Award 2021 The Best Regional Banks.
Penghargaan ini diterima secara virtual oleh Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno dalam event The Best Regional Bank, Kamis (23/9/2021).
Dalam kata sambutannya, Supriyanto mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada CNBC Indonesia dan Trans Media atas penghargaan The Most Profitable Regional Bank 2021.
"Tentu penghargaan ini merupakan representasi dari pengakuan stakeholder atas prestasi Bank Jateng selama ini," ujar Supriyatno yang juga menjabat sebagai Ketua Asbanda.
Supriyatno mengatakan bahwa penghargaan didedikasikan kepada seluruh pegawai, nasabah, mitra bisnis dan pemegang saham atas kepercayaan, kebersamaan dan kesetiaan dalam menggunakan produk dan layanan Bank Jateng.
"Pada masa pandemi ini Bank Jateng akan terus dinamis dan menghadirkan layanan yang terbaik dan juga sebagai pemegang misi agen pembangunan daerah, Bank Jateng akan senantiasa berkontribusi dalam pemulihan ekonomi, khususnya ekonomi daerah," ujarnya.
Dalam kajian yang dilakukan oleh Tim Riset CNBC Indonesia, Bank Jateng menorehkan capaian laba bersih tertinggi nasional. Ketika pandemi melanda, perbankan menjadi sektor yang terkena 'pukulan ganda', karena permintaan kredit yang menurun karena melesunya aktivitas bisnis dan ekonomi, sementara kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) berpeluang menguat karena debitor yang ada menghadapi tantangan bisnis yang besar sehingga mempengaruhi kemampuannya mengangsur.
Di tengah merebaknya virus Covid-19 yang menjangkiti semua sektor, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewajibkan perbankan menerapkan standar akuntansi baru, yakni Pedoman Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) 71.
Mengacu pada International Financial Reporting Standard (IFRS) 9, PSAK yang terbaru tersebut menggantikan PSAK sebelumnya yakni PSAK 55. Dalam PSAK yang baru, terdapat perubahan pencadangan atas penurunan nilai aset keuangan berupa piutang, pinjaman atau kredit.
Dengan aturan baru ini, perbankan harus menyediakan cadangan kerugian atas penurunan nilai kredit (CKPN) bagi semua kategori pinjaman, baik kredit lancar (performing), ragu-ragu (underperforming), maupun macet (non-performing). Kondisi ini berujung pada pencadangan yang lebih besar dari sebelumnya.
Akan tetapi di tengah berbagai tantangan tersebut, Bank Jateng, justru seolah menafikan semua kondisi yang menantang tersebut. Dinahkodai Supriyatno sebagai Direktur Utama, bank yang berkantor pusat di Semarang tersebut justru mencetak pertumbuhan laba bersih dan laba komprehensif.
Laba komprehensif patut untuk diperhatikan di tengah situasi sekarang, karena pandemi memicu pergolakan tidak hanya di perekonomian melainkan juga di pasar keuangan sehingga patut dipotret efekna dalam neraca. Sebagaimana diketahui, laba komprehensif memasukkan laba/rugi dari nilai aset instrumen derivatif, nilai wajar aset instrumen utang, dan revaluasi aset.
Laba bersih Bank Jateng termasuk ke dalam tiga besar di antara bank BPD se-Indonesia, yakni senilai Rp 848,5 miliar per Juni 2021. Namun demikian, laba komprehensifnya tercatat menjadi yang teratas di antara bank BPD, dengan nilai Rp 910,9 miliar.
![]() |
Secara fundamental, kinerja Bank Jateng menguat dengan pendapatan bunga bersih senilai Rp 2,2 triliun, sementara beban bunga menyusut Rp 240 miliar menjadi Rp 1,06 triliun. Di luar itu, mereka sukses melakukan efisiensi berkat penggunaan teknologi digital dalam layanannya.
Efisiensi Meningkat Berkat Digitalisasi
Sejak didirikan pada tahun 1963, bisa dibilang di bawah kepemimpinan Supriyatno, Bank Jateng menggenjot berbagai inovasi layanan. Sejak 2017 mereka berinovasi dengan membangun platform berbagai layanan untuk memenuhi kebutuhan nasabahnya.
Misalnya, mereka mengembangkan fitur Enhancement Core banking, Middleware dan aplikasi Webbranch dalam operasi kesehariannya guna memberikan kemudahan dan kecepatan bertransaksi bagi nasabahnya.
Perseroan juga menggandeng marketplace dan penyedia layanan e-wallet untuk mempermudah nasabah membayar tagihan secara nontunai. Terbaru, perseroan mengembangkan layanan pembayaran berbasis QR code yang terhubung dengan internet banking.
Tak berhenti di sana, Bank Jateng juga menjalin kerja sama dengan Union Pay dan Al Rajhi Bank untuk memperluas kanal pembayaran di luar negeri, dan terus memperluas jangkauan melalui teknologi virtual account.
Inovasi yang dilakukan tersebut mampu menopang efisiensi. Hal ini tercermin dari Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang kian membaik, dari 73,9% pada Juni tahun lalu menjadi 70,9% pada tahun ini.
Semakin kecil rasio BOPO, semakin bagus sebuah perbankan karena menunjukkan bahwa beban operasional mereka ternyata lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan operasional yang diraupnya.
Berbagai inovasi yang berujung pada kenaikan efisiensi dan profitabilitas tersebut membawa Bank Jateng pada penghargaan "The Most Profitable Regional Bank 2021" di ajang CNBC Indonesia Award, mengalahkan tiga nominee lain.
Bank Jateng meraih skor 100 (dari skala 1-100) dengan mencetak laba bersih yang tinggi, dan ditopang tingkat efisiensi prima. Rasio profitabilitas Bank Jateng juga menjadi yang terkuat di antara bank BPD dari sisi pengembalian ekuitas (return on equity/RoE), yakni sebesar 23,6%.
Adapun pengembalian aset (return on asset/RoA) dan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) Bank Jateng menjadi yang teratas di antara nominee, masing-masing sebesar 2,73% dan 5,66%.
Untuk mencapai penilaian tersebut, Tim Riset CNBC Indonesia merekap kinerja 26 BPD di Indonesia, dan menyeleksi dari sisi pertumbuhan laba bersih. Selanjutnya dilakukan studi komparasi dari sisi profitabilitas antar bank yang masuk dalam shortlist, hingga berujung pada tiga nominee.
Penilaian dan analisis dilakukan pada periode Agustus-September 2020, melalui riset kualitatif berbasis data sekunder dari publikasi resmi perusahaan serta data Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Semoga penghargaan ini dapat memacu Bank Jateng dan BPD lain di Indonesia untuk terus menjaga aspek kehati-hatian dalam mengucurkan kredit di tengah pandemi, sembari terus mengedepankan terobosan guna menciptakan efisiensi melalui digitalisasi, yang pada akhirnya akan memperkuat kapasitas mereka sebagai agen penggerak perekonomian di daerah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dob/dob) Next Article Catat! Road to CNBC Indonesia Awards 2021 Kembali Digelar
