Internasional

Ngeri! Xi Jinping Mau 'Hajar' Batu Bara, Memang Bisa?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 September 2021 10:05
Xi Jinping. (REUTERS/Jason Lee)
Presiden China Xi Jinping. (REUTERS/Jason Lee)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden China Xi Jinping memberi 'titah' baru. Xi, yang juga Sekretaris Jenderal Partai Komunis China, menyatakan negaranya berkomitmen untuk menuju netral karbon pada 2060.

"Kami akan melakukan segala upaya untuk mencapai tujuan ini," tegasnya dalam pidato di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), seperti dikutip dari AFP.

Untuk mencapai netral karbon pada 2060, Xi mengungkapkan China tidak akan mendanai pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) baru di luar negeri. PLTU adalah pembangkit yang menggunakan batu bara sebagai sumber energi primer.

Namun target Xi memang bertahap, tidak bisa ujug-ujug. Sebab, saat ini China adalah konsumen batu bara terbesar di planet bumi.

Pada 2019, konsumsi batu bara di Negeri Tirai Bambu mencapai 4,36 miliar ton. Amerika Serikat (AS) di posisi kedua 'cuma' 924,44 juta ton.

Dengan produksi dalam negeri yang tidak mencukupi, China banyak mengimpor batu bara dari luar negeri. Saking banyaknya, China adalah importir batu bara terbesar di dunia.

Pada 2019, impor batu bara China tercatat 360,41 juta ton. Jepang menduduki peringkat kedua dengan impor 211,16 juta ton. Selisih yang lumayan jauh.

Selain itu, ada alasan lain yang membuat batu bara sulit ditinggalkan, setidaknya dalam waktu dekat. Sebagai sumber energi primer untuk pembangkit listrik, batu bara masih lebih ekonomis dibandingkan sumber lainnya.

'Pesaing' terdekat batu bara adalah gas alam. Masalahnya, sekarang harga gas pun mahal, naik terus.

Pada Rabu (22/9/2021) pukul 09:25 WIB, harga gas di Henry Hub (Oklahoma, AS) tercatat US$ 4,83/MMBtu. Naik 0,52% dibandingkan hari sebelumnya,

Dalam sebulan terakhir, harga komoditas ini melesat 21,47% secara point-to-point. Sejak akhir 2020 (year-to-date), harga meroket 88,74%.

Saat harga gas mahal, biaya pembangkitan listrik dengan energi primer itu jadi ikut menanjak. Di Eropa, misalnya, biaya pembangkitan listrik dengan batu bara adalah EUR 61,58/MWh per 14 September 2021. Sementara biaya pembangkitan listrik dengan batu bara adalah EUR 44,41/MWh.

"Kenaikan harga gas membuat batu bara menjadi kompetitif sehingga meningkatkan permintaan batu bara. Melihat harga kontrak forwards, sepertinya situasi ini masih akan bertahan setidaknya sampai awal 2022," sebut Toby Hassall, Analis Refinitiv, dalam risetnya.

So, impian Xi untuk 'mendepak' batu bara sepertinya tidak akan gampang. Sebab, batu bara masih menjadi pilihan paling rasional, setidaknya dari kacamata keekonomian.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular