Pedagang Afghanistan Sengsara Gegara Taliban, Ini Ceritanya
Jakarta, CNBC Indonesia - Berkuasanya kelompok Taliban di Afghanistan nyatanya juga ditanggapi sebagai ancaman oleh beberapa kelompok masyarakat. Selain wanita, pedagang juga mulai merasakan dampak buruk dari kepemimpinan kelompok tersebut.
Mengutip AFP, Selasa (21/9/2021), para pedagang terancam setelah dihantam oleh pemungutan pajak dan cukai yang tinggi dari Taliban. Bahkan, penumpukan barang impor juga dilaporkan terjadi di beberapa kota akibat cukai yang belum tuntas.
"Saya merasa benar-benar putus asa," kata salah satu pedagang bernama Faghir Ahmad kepada AFP.
Pedagang lainnya menyebut kebijakan Taliban menyebabkan kenaikan harga bahan-bahan pokok dan juga bahan bakar. Hal itu diperparah aturan baru Bank Sentral Afghanistan yang membatasi penarikan jumlah uang di ATM.
"Pertama ketika Taliban datang, orang-orang sangat senang karena kami melihat keamanan akan datang. Tetapi sayangnya sekarang harga untuk semuanya sudah naik dan orang-orang tidak mampu membeli barang-barang," kata Ahmad, seorang pedagang yang banyak mengimpor barang dari Iran.
Di sisi lain, Taliban mengaku bahwa pihaknya tidak berniat untuk menaikkan pajak. Mereka menyebut saat ini mereka sedang memberlakukan penarikan pajak yang efektif.
"Kami hanya ingin mengumpulkan pajak dengan benar untuk pertama kalinya," ujar juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid.
Isu mengenai penarikan pajak sendiri sebenarnya merupakan isu yang sudah lama berjalan di Negara Asia Tengah itu. Pejabat bea cukai telah lama dituduh menerima suap dari pedagang alih-alih menyetorkannya ke kas negara.
(miq/miq)