Ada Rumor Pemimpin Taliban Mullah Baradar Tewas, Beneran?
Jakarta, CNBC Indonesia - Taliban membantah isu kematian salah satu pemimpin utama dalam baku tembak dengan kelompok saingan mereka. Isu ini muncul menyusul desas-desus tentang perpecahan internal kelompok tersebut.
Juru bicara Taliban, Sulail Shaheen, mengatakan Mullah Abdul Ghani Baradar, mantan Kepala Kantor Politik Taliban yang ditunjuk sebagai Wakil Perdana Menteri pada pekan lalu, mengirimkan pesan suara. Dia pun membantah klaim bahwa dia terbunuh atau terluka dalam bentrokan.
"Dia (Baradar) mengatakan itu bohong dan sama sekali tidak berdasar," kata Shaheen dalam sebuah pesan di Twitter, dikutip dari Reuters, Selasa (14/09/2021).
Taliban juga merilis rekaman video yang konon menunjukkan Baradar pada pertemuan di kota selatan Kandahar.
Penyangkalan itu menyusul rumor pendukung Baradar telah bentrok dengan pendukung Sirajuddin Haqqani, kepala jaringan Haqqani yang berbasis di dekat perbatasan dengan Pakistan. Mereka sempat dipersalahkan atas beberapa serangan bunuh diri dalam perang tersebut.
Desas-desus tersebut mengikuti spekulasi adanya persaingan antara komandan militer seperti Haqqani dan para pemimpin dari kantor politik di Doha seperti Baradar, yang memimpin misi diplomatik dengan Amerika Serikat.
Taliban juga telah berulang kali membantah spekulasi tentang perpecahan internal.
Baradar, yang pernah dianggap sebagai Kepala Pemerintahan Taliban, tidak terlihat di depan umum selama beberapa waktu. Ia juga bukan bagian dari delegasi menteri yang bertemu dengan Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani di Kabul pada Minggu (12/9/2021) lalu.
Pemimpin tertinggi gerakan itu, Mullah Haibatullah Akhundzada, juga tidak terlihat di depan umum sejak Taliban merebut Kota Kabul pada 15 Agustus. Namun ia sempat mengeluarkan pernyataan publik ketika pemerintahan baru dibentuk pekan lalu.
Spekulasi mengenai para pemimpin Taliban muncul akibat keadaan seputar kematian pendiri gerakan itu, Mullah Omar, yang baru diumumkan pada tahun 2015 atau dua tahun setelah itu terjadi. Kasus ini pun memicu tuduhan pahit di antara para pemimpin kelompok tersebut.
(wia)