Fenomena Baru Muncul: Banyak yang BU, Kos-Kosan Dijual Murah!

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
10 September 2021 07:15
Warga melintas di depan kosan yang disewakan di Kawasan Kampus Universitas UIN Syarif Hidayatullah, Tangerang, Banten, Selasa (29/9). Dampak pandemi COVID-19, sejumlah sektor ekonomi terkena imbasnya, seperti halnya pada bisnis kos-kosan yang ada di wilayah lingkungan kampus UIN Ciputat, Tangerang Selatan. Seperti Diketahui selama pandemi COVID-19 ini, sebagian perguruan tinggi di Jawa Barat melangsungkan kegiatan belajar secara virtual. Banyak mahasiswa perantau memilih untuk kembali ke kampung halaman, terlebih kondisi ini telah berlangsung cukup a melaksanakan kelas online. Akmal (38) salah satu pengelola kosan mengatakan selama pandemi COVID-19 ini, sejumlah kamar yang dijaganya sudah lama kosong karena ditinggalkan penghuninya. Menurutnya hal ini terjadi semenjak perkuliahan tatap muka di kampus digantikan dengan cara virtual atau online.
Foto: Ilustrasi Kost (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi memunculkan fenomena baru saat banyak juragan kos-kosan butuh uang (BU). Imbasnya banyak kos-kosan mulai makin marak belakangan ini.

Di e-commerce, beberapa pemilik kos menjual asetnya dengan harga yang lebih miring. Lokasinya bukan hanya di tempat strategis wilayah pusat Ibu Kota, melainkan juga ke beberapa wilayah pinggiran seperti Depok yang banyak kampus.

Memiliki kos-kosan atau indekos di wilayah kampus seperti Universitas Indonesia (UI) memberikan jaminan passive income setiap bulan. Namun, itu terjadi sebelum masa pandemi Covid-19. Setelah pandemi, kos-kosan mulai banyak ditinggalkan penghuninya karena mahasiswa banyak belajar secara online.

Bagi mereka yang memegang uang, saatnya jadi peluang untuk investasi masa depan mendapatkan properti murah.

Berinvestasi jangka panjang di bisnis kos-kosan menjadi hal menarik karena harganya yang cenderung lebih miring saat pandemi saat ini. Bahkan banyak kos-kosan yang dijual dengan harga di bawah Rp 500 juta saat ini, umumnya yang berada di wilayah penyangga Jakarta seperti Depok dan Bogor.

Ketua Umum Asosiasi Broker Indonesia (Arebi) Lukas Bong membagi kos-kosan menjadi dua tipe, yakni untuk mahasiswa dan untuk pekerja. Keduanya memiliki karakter serta segmen pasar yang berbeda.

"Yang kos mahasiswa memang sangat terpukul karena masih tatap muka online. Yang level pekerja masih sedikit lebih baik karena masih ada yang offline," kata Lukas kepada CNBC Indonesia, Selasa (9/9/21).



Bertebaran Diobral, dari Depok Sampai DKI

Selain di kawasan kampus, kos-kosan juga banyak dijual, misalnya di Kelurahan Pasir Putih, Sawangan, Depok terdapat kontrakan yang masuk daftar jual. Harga kontrakan ini dibanderol sebesar Rp 1,1 miliar untuk 10 rumah petak, masing-masing memiliki kamar mandi sendiri.

"Kontrakan produktif ditawarkan di harga yang sangat murah, hanya 1,1 M saja. Luas Tanah 400 meter, bangunan terdiri dari 10 pintu dengan kondisi terisi semua. Harga kontrakan per bulan 600 rb," tulis penjual di situs Lamudi.co.id.

Di Jakarta juga tak kalah banyak, misalnya terdapat juga kos-kosan 2 lantai dengan 11 kamar tidur di Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. Luas tanahnya 144 m2 serta Luas bangunan160 m2, Listriknya 7700 watt dengan Status tanah sertifikat hak milik (SHM). Pemilik juga menjuak perabotan yang ada di dalam rumahnya. Kos-kosan ini dibanderol dengan harga Rp 5 miliar, namun masih bisa nego.

Penjualan properti second memang saat ini kian marak di tengah pandemi yang berkepanjangan. Bagi yang berminat jadi juragan kos-kosan dan punya simpanan uang, saat ini bisa jadi peluang berburu properti murah.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Juragan Kosan Lagi Pada BU, Kos-Kosan Diobral dari UI-Binus!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular