Biden Mendadak Turun Gunung Gara-Gara Vaksin di Dunia Kacau
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyerukan pertemuan dalam Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membahas pasokan vaksin global. Hal ini ia ambil setelah timbulnya persepsi ketimpangan vaksin antara negara kaya dan negara-negara yang belum memiliki akses vaksin yang cukup.
Mengutip Straits Times, pertemuan itu sendiri disebutkan akan diadakan pada akhir bulan ini. Namun belum ada keterangan pasti mengenai cakupan dan siapa saja yang diminta untuk hadir.
AS telah berjanji untuk menyumbangkan lebih dari 600 juta dosis kepada dunia hingga akhir Juni 2022 melalui skema berbagi vaksin COVAX. Hingga saat ini, sudah 140 juta dosis yang disalurkan Negeri Paman Sam ke seluruh dunia.
Namun masih ada ahli yang mengatakan bahwa ini belum cukup. Para ahli menyebut bahwa masih dibutuhkan miliaran dosis untuk memvaksinasi dunia dan memperlambat penyebaran dan mutasi virus.
Kondisi ini diperparah dengan keputusan negara-negara kaya yang memberikan dosis penguat tambahan kepada penduduknya. Hal ini membuat kelangkaan vaksin bagi beberapa negara yang belum memiliki cukup pasokan vaksin.
Dr Lawrence Gostin, seorang profesor Hukum Georgetown dan direktur Pusat Kolaborasi WHO tentang Hukum Kesehatan Masyarakat & Hak Asasi Manusia, menyerukan negara-negara kaya untuk menyumbang 10 miliar dosis dalam enam bulan.
Selain itu, ia juga mendesak agar AS mentransfer teknologi dan lisensi vaksin ke negara-negara berkembang sehingga mereka dapat memulai produksi mereka sendiri.
"Kita harus melakukan apa yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyerukan agar negara kaya menghentikan sementara dosis penguat setidaknya hingga akhir 2021. Ini agar distribusi vaksin merata dan seluruh dunia mulai terlindungi.
"Produsen yang memprioritaskan kesepakatan dengan negara-negara kaya telah membuat negara-negara berpenghasilan rendah kehilangan sumber daya untuk melindungi rakyatnya," ujar pria asal Ethiopia itu dalam konferensi pers WHO, Rabu (8/9/2021).
(hoi/hoi)