Malaysia Heran Kasus Covid-19 di RI Merosot, Ini Penyebabnya?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 September 2021 06:45
Pekerja Migran Indonesia (PMI) dari Malaysia tiba di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (22/7/2021)
Foto: Pekerja Migran Indonesia (PMI) dari Malaysia tiba di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (22/7/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Malaysia masih ganas. Ini membuat Negeri Harimau Malaya bertanya-tanya, mengapa Indonesia sepertinya mampu 'menjinakkan' pandemi dalam waktu yang relatif singkat?

Per 5 September 2021, jumlah pasien positif corona di Malaysia tercatat 1.844.835 orang. Bertambah 20.396 orang dari hari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, total pasien positif bertambah 138.746 orang.

Sementara di Indonesia, pasien positif corona pada 5 September 2021 bertambah 5.403 orang. Ini adalah yang terendah sejak 3 Juni 2021. Selama seminggu terakhir, jumlah pasien positif bertambah 55.189 orang. Tidak sampai separuh dari Malaysia.

coronaSumber: Refinitiv

Padahal Malaysia sudah cukup lama memberlakukan pengetatan pembatasan aktivitas dan mobilitas masyarakat. Di sana namanya adalah Perintah Kawalan Pergerakan Kerajaan Malaysia atau Movement Control Order (MCO).

Pada Maret 2021, pemerintah Malaysia sempat melonggarkan MCO di wilayah Selangor, Johor, Penang, dan Kuala Lumpur. MCO dilonggarkan menjadi Conditional Movement Control Order (CMCO) seiring kasus yang melandai dan vaksinasi anti-virus corona yang semakin cepat.

Namun pada pertengahan April 2021, peta permainan berubah. Berbagai daerah mulai kembali memperketat MCO dan puncaknya Perdana Menteri (kala itu) Muhyiddin Yassin mengumumkan MCO ketat alias karantina wilayah (lockdown) skala nasional pada 28 Mei 2021.

Indonesia sebenarnya juga melakukan hal serupa yaitu mengetatkan pembatasan sosial. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan Indonesia menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Jawa-Bali mulai 3 Juli 2021. Berbagai daerah di luar Jawa-Bali kemudian menyusul menerapkan PPKM Darurat.

Memasuki Agustus 2021, Indonesia mulai melonggarkan PPKM. Kini PPKM diubah berjenjang, Level 4 paling ketat dan Level 1 paling longgar.

"Untuk wilayah Jawa Bali terdapat penambahan wilayah aglomerasi yang masuk ke Level 3 yakni Malang Raya dan Solo Raya sehingga wilayah yang masuk ke dalam Level 3 pada penerapan minggu ini adalah aglomerasi Jabodetabek, Bandung Raya, dan Surabaya Raya, Malang Raya, dan Solo Raya. Untuk Semarang Raya berhasil turun ke Level 2.

"Sehingga secara keseluruhan di Jawa-Bali ada perkembangan yang cukup baik. Level 4 dari 51 kabupaten kota menjadi 25 kabupaten kota. Level 3 dari 67 kabupaten kabupaten kota menjadi 76 kabupaten kota. Level 2 dari 10 kabupaten kota menjadi 27 kabupaten kota," terang Presiden Jokowi, pekan lalu.

Halaman Selanjutnya --> Tes Corona Indonesia Lebih Sedikit Ketimbang Malaysia

Malaysia sudah berbulan-bulan menerapkan pembatasan ketat, sementara PPKM ketat di Indonesia selama sebulan sudah cukup untuk membuat kasus corona berkurang drastis. Hal ini membuat Malaysia, boleh dibilang, iri kepada Indonesia.

"Bisakah Menteri Kesehatan yang baru, Khairy Jamaluddin, menjelaskan mengapa selama 16 hari berturut-turut Indonesia telah mengurangi kasus baru Covid-19 hariannya menjadi kurang dari Malaysia, bahkan kurang dari setengah kasus Malaysia? Ini bukan mencari-cari kesalahan, tetapi mencari cara untuk meningkatkan penanganan kita terhadap pandemi Covid-19 sehingga memenangkan perang melawannya," tegas Lim Kit Siang, pemimpin Partai Aksi Demokratik (DAP), seperti dikutip dari Malaymail.

Well, sepertinya ini terkait dengan jumlah tes corona di Malaysia lebih banyak ketimbang Indonesia. Saat jumlah tes lebih banyak, maka kemungkinan untuk menemukan kasus positif tentu lebih besar.

Berdasarkan catatan Refintiiv, jumlah tes Covid-19 di Indonesia pada 30 Agustus 2021 adalah 78.055 sementara di Malaysia 161.322. Dalam sepekan sebelumnya, total kumulatif tes di Indonesia adalah 849.305 berbanding 1.140.193 di Malaysia.

coronaFoto: Refinitiv
corona

Per 1 September 2021, rasio temuan kasus positif corona terhadap jumlah tes di Malaysia adalah 13,7%. Sedangkan di Indonesia adalah 9,3%. Ya itu tadi, mungkin karena jumlah tes di Malaysia lebih banyak sehingga peluang menemukan kasus positif menjadi lebih tinggi.

Oleh karena itu, Indonesia belum bisa menepuk dada dan berbangga karena kasus positif corona yang lebih rendah ketimbang Malaysia. Sebab, tes di Indonesia masih belum optimal sehingga kemungkinan besar masih banyak kasus yang tersembunyi di bawah karpet dan belum terdeteksi.

Apalagi penduduk Indonesia jauh lebih banyak ketimbang Malaysia. Di Malaysia, jumlah tes per 1 juta populasi adalah 713.597, mengutip catatan Worldometer. Di Indonesia, jumlahnya baru 120.022. Data ini menggambarkan realita tes yang begitu jomplang di dua negara tersebut.

Selain soal tes, Indonesia juga masih tertinggal dari Malaysia dalam hal vaksinasi. Per 4 September 2021, sudah 62,3% warga Malaysia yang disuntik vaksin anti-virus corona dosis pertama berbanding 24% di Indonesia. Sementara jumlah warga yang sudah mendapatkan vaksinasi penuh (dua dosis) di Malaysia mencapai 48,1% berbanding 13,8% di Indonesia.

Vaksin adalah kunci, senjata utama dalam perang menghadapi pandemi. Jika efektif, vaksin akan membentuk kekebalan tubuh untuk melawan virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut. Walaupun risiko tertular tetap ada, tetapi lebih kecil. Plus, risiko mengalami gejala berat jika tertular juga bisa ditekan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular